Oleh: Andi Nurdin Lamudin, S.H.
Pada hari yang sangat panas terik seperti di padang pasir, tentunya sebuah naungan sangat mendambakan, untuk berteduh karena panasnya menyengat kepala.Bagaimana jika matahari itu mendekat lebih dekat lagi,tentunya panas kepala dan tubuh semakin membara.
Naungan bisa juga berarti keteduhan.Di mana ada ketenangan dan perlindungan.Semuanya juga tergantung dari sistim di lingkungan negara tersebut.Karena pada dasarnya ‘Tauhid’ sesuatu yang menenangkan dan memberi perlindungan, pada kriteria Tuhan yang tidak sebenarnya.Dengan ilmu Tauhid itu maka kita jadi mengerti apa dan bagaimana kriteria yang disebut sebagai Tuhan.Karena itu di dalam negara sekalipun ilmu Tauhid tidak merata sehingga pengertian itu menjadi berbeda-beda.Karena itulah di dalam shalat setiap rakaat di tandai dengan adanya Al-Fatihah,atau pembukaan di dalam Al Qur’an.Itu pentingnya hidayah,bahkan perlu dikontrol dan dipelihara,hidayah bisa naik atau luntur.Di dalam arti lain iman bisa naik atau turun.
Di dalam makanan dan minuman perlu naungan dari yang diharamkan dan tidak boleh dalam Islam.Dari kerja perlu kerja yang baik dan tidak terintimindasi oleh sistim perbudakan dan penghinaan pada sesama manusia.Di dalam kepemimpinan diperlukan pemimpin yang baik dan benar sehingga dapat mengayomi dan menaungi pemilih dan masyarakatnya sendiri. Memilih pemimpin tentu berbeda dengan memilih Tuhan. Pemimpin hanya melaksanakan apa yang diamanatkan rakyat. Sedangkan Tuhan, manusia yang melaksanakan amanatNya sesuai dengan perjanjian masing-masing di masa sebelum lahir ke dunia ini.
Manusia pasti memerlukan kebesaran Allah SWT, serta naungannya.Di mana Allah berfirman pada suatu hari nanti,”Di manakah orang-orang yang senang kepada kebesaranKu?,pada hari ini Aku menaunginya dalam naunganKu, di suatu hari yang tidak ada naungan selain naungan-Ku”.(HR Bukhari dan Malik).
Setiap manusia terikat dengan manusia lainnya,sepanjang ada kepentingannya.Namun juga ikatan pada sesama manusia ada batasannya.Karena ada manusia sebagai makhluq yang tidak mampu karena tidak ada kodratnya.Seperti membaca masa depannya sendiri.manusia tidak mengerti dia mati dan di mana?Manusia akan memasuki syurga kah atau neraka kah secara pasti?Karena di balik itu semua ada lagi yang namanya ‘hari Pengadilan’ oleh Allah SWT.Sebagai pemilik alam raya,langit dan bumi dan pencipta serta penguasa makhluq. Pada saat saat seperti itu tentu saja kebesaran Allah SWT dan naungannya yang diperlukan.
Di dunia ini tempat manusia mengalami ujian dan cobaan, tempatnya untuk menentukan kehidupan selanjutnya.Dari sinilah apa dan bagaimana bisa mendapatkan makna kebesaran dan naungan Allah SWT di kemudian hari.Semua itu bahwa kosekwensi tentang Tauhid dan percaya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah SAW, memang harus dibuktikan.Bagi mereka yang tidak percaya kepada Rasulullah SAW akan melihat bahwa selama itu mereka ternyata hanyalah menjadi sebuah korban dari ilmu pengetahuan yang salah, dan adanya pengaruh kekuasaan yang selama ini tidak pernah dipertanyakan dan di protes. Padahal menanyakan dan protes hanya menguji dari sebuah kebenaran dan keadilan apakah sudah berjalan sesuai dengan apa yang telah diamanatkan.
Penulis adalah Advokat/Pengacara LBH LEKEM KALIMANTAN