di Publikan Oleh media: SUARA KALIMANTAN
Di Tulis Oleh: Aspihani Ideris
Direktur Eksekutif Lembaga Kerukunan Masyarakat Kalimantan (LEKEM KALIMANTAN)
Merdeka, Merdeka, Merdeka!!!… Tidak tersa sudah 70 tahun bangsa Indonesia Merdeka, akankah kita mengenang jasa-jasa para pahlawan kita yang gugur maupun tidak gugur dimedan perang merebut kemerdekan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Karena perjuangan merrkalah Indonesia bisa seperti sekaran ini dan Indonesia bisa menjadi sebuah negara yang maju dan berkembang. Tidak gambang merebut kemerdekaan ini, harta, darah dan bahkan nyawa mereka korbankan demi masa depan anak cucunya agar menggapai sebuah kemerdekaan NKRI ini.
Berawal diketika terjadinya tentara Amerika Serikat, Robert Lewis aebagai pelot beserta 12 orang kawan-kawannya yang berada di dalam pesawat Enola Gay yang menjatuhkan bom atom ke Kota Hiroshima, Jepang, pada Agustus 1945 yang membuat ratusan ribu bahkan jutaan rakyat cepang meninggal seketika itu. Dari kejadian itulah akhirnya tentara Jepang menyerah pada tanggal 17 September 1945, tentara SEKUTU (Pasukan-pasukan Austaralia) mendarat di Kota Banjarmasin, berbarengan dengan mendaratnya tentara SEKUTU yang turut serta juga pasukan-pasukan Belanda yang menamakan dirinya NICA.
Pada mulanya kedatangan Tentara SEKUTU disambut dengan gembira oleh bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia menduga kedatangan mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa di dalam pasukan SEKUTU tersebut terdapat serdadu Belanda dan aparat Netherland Indies Civil Administration (NICA) yang secara terang-terangan bermaksud menegakkan pemerintahan Hindia Belanda. Sikap pihak Indonesia langsung berubah menjadi penuh curiga, karena terlihat sikap NICA memperlihatkan sikap permusuhan. Situasi keamanan dengan cepat memburu karena NICA berusaha mempersenjatai kembali KNIL (Koninklijk Nerderlands Indisch Leger, yaitu Tentara Kerajaan Belanda yang ditempatkan di Indonesia) yang baru dibebaskan dari tawanan Jepang.
Dan kecurigaan itu ternyata benar, pasukan-pasukan NICA ini pada waktu itu juga langsung melakukan penyerangan dan secepat kilat dapat menduduki kantor resmi Pemerintah, instalasi-instalasi penting serta berusaha keras mengembalikan pemerintah kolonialnya dengan dalih mengurusi tawanan-tawanan perang sebangsanya sendiri. Akhirnya gemparnya rakyat Banjarmasin pada saat itu dengan adanya politik busuk NICA membuat timbulnya perlawanan-perlawanan terhadap pasukan NICA, karena rakyat sudah mengetahui tentang kemerdekaan bangsa dan negaranya sejak 17 Agustus 1945. Akhirnya dari tindakan busuk NICA tersebut timbulnya perlawanan-perlawanan baik perorangan maupun berkelompok rakyat Kalimantan, khususnya rakyat Banjarmasin terhadap pasukan NICA.
Dua hari setelah mendaratnya pasukan SEKUTU dan NICA di Banjarmasin, tepatnya pada tanggal 19 September 1945 para tokoh-tokoh pemuda di Kota Banjarmasin membentuk sebuah badan yang benama BARISAN PEMBERONTAK REPUBLIK INDONESIA KALIMANTAN yang disingkat BPRIK. Pembentukan tersebut tepatnya di Jalan Jawa 16 Banjarmasin dengan tujuan antara lain mempercepat mendirikan Pemerintah Republik Indonesia dan mengkoordinir tenaga perlawanan rakyat terhadap para penjajahan Belanda/ pasukan NICA. Dan juga tokoh-tokoh pejuangan di Barabai dengan nama Laskar GAIB kembali bangkit. Perlawanan pasukan BPRIK maupun Laskar GAIB terhadap pasukan NICA terus menerus sampai kepelosok pedalaman Kalimantan dengan gencarnya, baik secara gerilya maupun terang-terangan mengakibatkan kewalahannya pasukan NICA.
Pada tanggal 9 Oktober 1945 atas desakan para pemuda, akhirnya berdirilah KOMITE NASIONAL INDONESIA KALIMANTAN. Komite ini merupakan sebuah badan persiapan pemerintah Republik Indonesia Provinsi Kalimantan, guna menunggu resminya pembentukan Pemerintahan Republik Indonesia.
Tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1945 KOMITE NASIONAL INDONESIA KALIMANTAN diresmikan sekaligus pengibaran bendera Sang Saka “MERAH PUTIH” sekaligus menyanyikan lagu INDONESIA RAYA di depan Gubernuran di Kota Banjarmasin dan dilanjutkan pawai keliling Kota Banjarmasin dengan dihadiri oleh puluhan ribu rakyat Kalimantan, namun aksi yang dilakukan ini dicegah oleh pasukan SEKUTU atas hasutan tentara Belanda/NICA. Dalam Aksi didepan Gubernuran tersebut pasukan SEKUTU hanya mengijinkan rakyat menyanyikan lagu INDONESIA RAYA dan Pawai Keliling Kota Banjarmasin.
Akibat dari tindakan tentara SEKUTU atas hasutan tentara NICA tersebut rakyat Kalimantan sangat kecewa dan akhirnya terjadilah pemberontakan-pemberontakan dalam melakukan perlawanan terhadap pasukan penjajah. Berbagai perlawanan rakyat Kalimantan digelar, di Barabai pasukan yang dipimpin oleh Muhammad Ideris menamakan dirinya Laskar Gaib (Pasukan Gaib) sangat gencar melakukan penyerangan terhadap para penjajah, bahkan di Alabio seorang Ulama Besar Haji Hasbullah Yasin menganjurkan dan menghimbau kepada pengikutnya untuk berjihad melawan penjajah, namun perjuangan jihad ulama besar ini tidak berlangsung lama, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1945 Ulama Besar Haji Hasbullah Yasin ini tewas ditembak oleh salah seorang penghianat yang diketahui seorang mata-mata atau kaki tangan tentara NICA.
Tanggal 1 Nopember 1945 malam Jum`at, rakyat Kalimantan yang tergabung dalam pemberontakan pertamakali melakukan aksinya untuk menyerang pasukan NICA, namun aksi penyerangan ini di tunda, karena pasukan pemberontak mendengar adanya kabar bahwa pihak NICA kembali menjalankan siasat busuknya, yaitu pihak NICA kembali menggalang siasat penyebaran fitnah bahwa para pemuka-pemuka rakyat Kalimantan dan tokoh-tokoh Revolusioner akan membunuh semua Perwira-perwira SEKUTU (Australia).
Puncak dari perlawanan pemberontak pasukan rakyat Kalimantan ini terjadi pada tanggal 9 Nopember 1945, tepatnya seusai Shalat Jumat pasukan pemberontak rakyat Kalimantan yang di pelopori oleh Laskar Barisan Pemberontak Republik Indonesia Kalimantan (BPRIK) dan Laskar GAIB serta Rakyat Cinta Merdeka (RCM) mempersiapkan diri besar-besaran untuk melakukan penyerangan terhadap pasukan NICA. Akhirnya pada siang menjelang petang hari Jumat 9 Nopember 1945 sekitar jam 15:30 Wita, meletuslah perlawanan bersenjata pejuang rakyat Kalimantan ini menyerang semua pertahanan tentara NICA di Kota Banjarmasin.
Pada pertempuran tanggal 9 Nopember 1945 ini 9 orang pejuang gugur sebagai KESUMA BANGSA dalam mempertahankan Kemerdekaan Negara Indonesia, yaitu: 1) Badran 23 tahun, 2) Badrun 27 tahun, 3) PaMa Rupi 45 tahun, 4) Dullah 56 tahun, 5) Tarin 56 tahun, 6) Juma`in 57 tahun, 7) Umar 58 tahun, 8) Sepa 58 tahun, dan 9) Utuh 58 tahun.
Nama-nama tersebut diatas mengukir monomen Peristiwa 9 Nopember 1945 yang terletak di depan Kantor Perbendaharaan Negara Banjarmasin, Jalan Mayjend D.I. Panjaitan, Banjarmasin.
Akibat peristiwa penyerangan ini berkobarlah api semangat perlawanan bersenjata setiap waktu dan sesaat dalam wilayah Kalimantan menentang dan mengusir para penjajah dari negara Republik Indonesia.
Saya penulis, Aspihani Ideris meminta maaf kepada para pembaca, seandainya tulisan saya ini kurang sempurna dari fakta yang sebenarnya, karena hanya inilah kemampuan dan informasi yang saya dapatkan untuk membuat sebuah tulisan cerita bersejarah di Kalimantan Selatan khususnya di Banjarmasin. Oleh karena itu sekali lagi saya mengucapkan maaf dan ridhanya jika tulisan ini kurang berkenan dihati para pembaca. Harapan saya semoga tulisan sederhana ini bermanfaat untuk kita semua, Amin… ***