SuaraKalimantan.Com – Banjarmasin; Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan, juga bakal calon Walikota Banjarmasin jalur perseorangan M Lutfi Saifuddin menyoroti perayaan perpisahan murid kelas 12 yang digelar SMK Negeri 1 Banjarmasin yang berlangsung layaknya kemeriahan di dunia gemerlap mirip dengan dugem.
Dalam video yang beredar di media sosial, kemeriahan pesta kelulusan itu dipandu oleh disk jokey (DJ).
Tampak para peserta di ruangan tersebut berjingkrak melompat-lompat hingga ikut menyanyikan alunan musik keras.
Menurut Lutfi, kegiatan tersebut bukan cerminan dari institusi pendidikan.
Ia bilang, setiap kebijakan yang diambil dalam dunia pendidikan harus berdasar pada nilai pendidikan itu sendiri.
“Institusi pendidikan harus jeli melihat mana kegiatan yang positif, mana kegiatan yang tidak bermanfaat. Kalau kita lihat apa yang dilakukan itu bukan hanya tidak bermanfaat, tapi kurang mendidik,” tuturnya, Senin (20/05/2024).
Bakal Calon Walikota Banjarmasin Jalur perseorangan atau independen ini menilai, cara perpisahan sekolah seyogyanya diisi kegiatan bakti sosial yang dianggap lebih bermanfaat.
“Bisa dengan berbagi kepada sesama, dan itu menurut saya jauh lebih bermanfaat dan berkesan,” ujarnya.
Lutfi meminta adanya perhatian serius dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalsel.
Kalau perlu, ada teguran keras kepada pihak sekolah. Sebab, sebelumnya Lutfi sempat mewanti-wanti Disdikbud untuk melarang sekolah menggelar kelulusan atau perpisahan di hotel maupun tempat mewah.
“Nanti kita akan ada pertemuan dengan Disdikbud Kalsel terkait uji publik Perda tentang Penguatan Fasilitasi Perguruan Tinggi, di sana kita bahas sekalian,” ujarnya.
Panitia acara melalui Pembina OSIS SMKN 1 Banjarmasin, Ihsan buka suara perihal perayaan perpisahan seperti dalam video yang lagi ramai diperbincangkan warganet tersebut.
Ihsan menjelaskan kegiatan itu berlangsung pada Rabu (15/5/2024) lalu. Ia mengatakan, hal tersebut di luar kuasa pihak panitia.
Ihsan menuturkan, konsep hiburan sepenuhnya berdasarkan keinginan peserta.
“Untuk acara perpisahan saat sesi hiburan itu mengundang DJ, sesuai permintaan dari siswa kelas 12 yang menjadi peserta,” jelasnya.
Karena kegiatan tersebut merupakan inisiasi para siswa, lanjut Ihsan, seluruh biaya pun ditanggung oleh mereka. Bukan pihak sekolah.
“Untuk biaya perpisahan kita serahkan ke wali murid melalui siswa dan kita koordinasikan dengan ketua komite sekolah,” tuturnya.
Ihsan meminta maaf kepada masyarakat jika video perpisahan SMKN 1 Banjarmasin viral di media sosial.
Ia berharap kejadian tersebut menjadi pelajaran bagi panitia penyelenggara di masa mendatang.
“Kami berusaha melaksanakan acara agar aman dan tertib, kami panitia memohon maaf kepada masyarakat terkait video yang viral sebagai pembelajaran bagi kami panitia, kami tidak bisa berkomentar kenapa hal itu bisa terjadi,” ujarnya.
Kegiatan serupa tampaknya bukan hanya digelar SMKN 1 Banjarmasin. Pada media sosial, perayaan serupa juga terjadi di sejumlah sekolah lain di Kalsel.
Pengamat hukum dan pendidikan, Habib Aspihani bin Ideris Assegaf menyampaikan, dalam acara ke lulusan dan perpisahan adanya aksi mirip dogem itu mencerminkan bahwa sekolah tersebut telah gagal mengajar adab dan etika terhadap anak didiknya.
“Adanya perbuatan mirip dogem pada acara perpisahan kelulusan sekolah merupakan bentuk kegagalan dewan gurunya dalam memberikan pembelajaran terhadap anak didiknya. Ini merupakan sebuah cerminan adab dan etika buruk yang diperlihatkan ke publik,” kata Aspihani saat di minta tanggapannya oleh awak media ini, Senin (20/05/2024).
Seharusnya, kata Aspihani, ilmu tentang kerendahan hati dan tawadhu manakala kita mengajarkan kepada siswa disaat menuntut ilmu.
Karena, lanjut Dosen Fakultas Hukum Uniska ini, adab dan etika merupakan bagian dari landasan dalam proses belajar mengajar.
“Etika merujuk kepada tingkah laku sopan santun dalam masyarakat di ketika saat perpisahan tersebut. Adab, sebaliknya, merujuk kepada cara berperilaku, berbicara dan hidup sesuai dengan corak tingkah laku yang diharapkan, sehingga di saat terjadi perpisahan perlunya menunjukan dan membuat sebuah pertunjukan yang mengedepankan adab atau pun etika. Nah sikap itulah menunjukkan keberhasilan kita dalam mendidik siswa-siswi tersebut disaat telah usai dalam proses belajar mengajar di sekolah,” tuturnya.
Ini semua, ucap Aspihani merupakan sebuah cerminan kegagalan dalam proses belajar mengajar, karenanya, dengan adanya kejadian seperti ini, kata dia wajib dapat dijadikan pembelajaran agar kedepannya jangan sampai terjadi kembali. (Red, Nawarin)