Kayuh Baimbai Waja Sampai Kaputing Tuntung Pandang Dalas Hangit Manyarah Kada., Salam Rakat Mufakat…Tabe Salamat Lingu Nalatai Salam Sujud Karendem Malempang, Adil Katalino Bacuramin Kasaruga Basengat Katjubata, Arus..Arus..Arus..Salam Satu Darah..Dayak Jaya Dayak Abadi…
Indonesia memiliki banyak sekali warisan budaya yang sarat dengan makna filosofis. Salah satunya adalah rumah adat khas suku Dayak. Rumah ini masih bisa ditemukan di wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Keunikan dari rumah ini adalah memiliki nilai filosofisnya dan nilai kerukunan yang kental kekerabatan antar keluarga satu sama lain. Rumah adat ini bernama rumah panjang atau dalam bahasa Dayak disebut Huma Betang.
Dari sudut pandang filosofisnya saja sudah memberikan makna tingginya nilai kekerabatan masyarakat dayak dengan kehidupan masyarakat tolak ukurnya adalah kebersamaan dalam berbagai hal sehingga membuat terjalinnya nilai-nilai kebersamaan, inilah sebuah hal yang dapat menyatukan hubungan yang erat antara komunitas warga dayak antar daerah dalam bingkai Rakat Mufakat atau yang dimaknai Rukun dan mengutamakan musyawarah di dalam memutuskan sesuatu persoalan.
Garis komando kebersamaan masyarakat dayak baik verikal maupun horizontal bersumber kepada Kepala Suku dan para Panglima-Panglima yang telah dinobatkan bersama oleh para pemangku adat dayak dan juga tercipta sebuah kerukunanan disebabkan masing-masing suku dayak bisa melakukan peran dan fungsinya dalam menciptakan kerukunan melalui adaptasi, integrasi dan pemeliharaan antar satu daerah dengan daerah lain karena jalinan eratnya kekerabatan tersebut disebabkan satu keturunan dari nenek moyang mereka yang terdahulu. Komitmen inilah yang selalu dipegang oleh tokoh-tokoh pemangku adat sehingga struktur keluarga dan kekerabatan antara satu dengan yang lain tetap terjaga.
Untuk menjalin silaturahim kekerabatan tersebut sering kali para tokoh adat maupun punggawa dayak saling bertukar informasi terhadap suku-suku dayak lainnya diberbagai penjuru untuk saling melepas rindu informasi terhadap saudara-saudara yang hidup diluar wilayah. Karena jarak tempuh antara Kalimantan Barat (Pontianak) dan Kalimantan Timur (Samarinda) dengan Kalimantan Selatan (Banjarmasin) dan Kalimantan Tengah (Palangka Raya) serta Kalimantan Utara (Tanjung Selor) lumayan jauh. Namun dengan jauhnya jarak tempuh tersebut tidak merintangi komunikasi mereka guna mempererat hubungan kekeluargaan.
Pada hari Minggu (22/8/2021) komunikasi empat wilayah suku dayak terjalin dengan akrab melalui video call HP dihadiri oleh H. Nurdin, H. Abu Bakar Penasehat DKB Kalsel serta tokoh dari Kalteng Ada Iter Pambudi. Ketua Umum Mandau Apang Baludang Bulau dan Sesepuh pasukan Mandau Apang Baludang Bulau Pangkalima Tasik, serta dari Kalbar Panglima Bongkiang, Panglima Tumbak, Panglima Kamang, Panglima Baron, Panglima Anseng. Henky adik dari Kuta Baro dan Datuk Syarifudin dari Sabah serta Datuk. Musa dari Serawak. Pertemuan melalui video call tersebut saling berurai pendapat atau bertukar informasi tentang kabar masing-masing dari para Panglima-Panglima dayak masing Wilayah.
Menurut pemprakarsa pertemuan tersebut yaitu Salam, S.H., M.H. Ketua Umum DPN Kulawarga Borneo Kalsel yang juga seorang Advokat dan tenaga Ahli salah satu anggota DPR RI menyatakan bahwa jalinan siraturahim sangat diperlukan yaitu wadah urun rembuk atau rakat mufakat suku dayak yang diwakili tokoh-tokoh suku dayak akan menghantarkan komunikasi terpadu dan juga akan terjalin komunikasi keakraban dan kekeluargaan yang tinggi urai pendapat tersebut disambut oleh Sekretaris Umum DPN Muhammad Yusman, S.H., M.H. bahwa program di dalam Anggaran Dasar / Anggaran RumahTangga Dayak Kulawarga Borneo.
Opini Publik oleh Advokat/Pengacara Salam, S.H., M.H.