SuaraKalimantan.com, Palangka Raya
Tingginya kasus konflik lahan atau nama lainnya adalah konflik agraria antara masyarakat sekitar lokasi perusahaan besar swasta (PBS) baik yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan juga pertambangan batu bara setiap tahun menjadi sorotan kamera para jurnalis baik melalui media online, media cetak, media elektronik menyajikan pemberitaan terjadinya saling klim lahan antara masyarakat dengan pihak perusahaan atau biasa di sebut dengan investor.
Klaim lahan antara kedua belah pihak pada akhirnya berujung damai lebih sedikit di banding berujung kisruh diantara kedua belah pihak justru lebih banyak.
Dari situasi saling klaim lahan ini banyak pihak mengharapkan peran pemerintah untuk turut hadir menyelesaikan persoalan ini.
Namun harapan banyak pihak ternyata berbanding terbalik justru lembaga kemasyarakatan jauh lebih aktif membantu untuk mendampingi masyarakat selama ini.
Namun bantuan yang diberikan lembaga kemasyarakatan selama ini dengan adanya ritual keagamaan Hinting Pali ternyata di pandang oleh para pengurus majelis Hindu Kaharingan ada yang tidak tepat alias salah kaprah.
“Untuk diketahui jika ritual keagamaan hinting Pali itu merupakan ritual keagamaan Hindu Kaharingan. Hal ini perlu kami tegaskan agar semua masyarakat mengetahui perihal ritual dimaksud,” Demikian ditegaskan oleh Ketua Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan Kota Palangka Raya Parada Lewis KDR, S.Ag., M.Si, melalui, Sekretaris Umum Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan Pusat Palangka Raya Pranata.
Pranata mencontohkan ketika ada konflik lahan antara masyarakat dan perusahaan selalu ada ritual keagamaan hinting Pali dengan meng-hinting pali kantor perusahaan ini ada di dalam berita teman teman wartawan.
Hal demikian ini tentunya menurut kami salah sekali. Apa salahnya kantor perusahaan tiba tiba di lakukan ritual ini. Apakah ada kejadian di kantor itu, saya kira ini sudah salah meletakkan ritual ini.
Pranata kembali mengingatkan hati hati dengan ritual keagamaan Hindu Kaharingan ini jika tidak paham ya seperti yang pernah terjadi semuannya menjadi salah penempatan ritualnya.
Pranata menyebutkan biasa jika kami mengadakan ritual ini salah satunya ada membersihkan lokasi seperti acara tiwah dan juga acara keagamaan kami saja.
Dan mohon maaf acara ritual keagamaan hinting pali ini sekali lagi kami tegaskan merupakan ritual keagamaan Hindu Kaharingan bukan merupakan ritual adat kesukuan.
Ditegaskan Pranata ritual keagamaan hinting pali itu seharusnya digunakan untuk hal sakral yang seperti  kegitan Tiwah. Tujuannya untuk mensterilkan lokasi kegiatan, agar tidak bisa berbuat sembarangan di dalamnya,  dan tidak dimasuki secara sembarangan juga.
Perihal adanya kesalahan pemahaman yang demikian ini perlu kami luruskan agar tidak ada lagi ritual keagamaan yang kami miliki ini di salah gunakan oleh oknum tertentu untuk kepentingan sendiri dan juga kelompok tertentu.
“Kami mohon untuk urusan ritual yang kami miliki sejak turun temurun ini jangan lagi di gunakan jika tujuan nya tidak jelas, obyek perkara dan lokasi juga tidak tepat itu sangatlah merugikan kami secara keseluruhan. Kami tidak ingin lagi ritual keagamaan kami ini untuk di gunakan sembarangan. Semua ada tata cara dan tujuan akhir dari ritual keagamaan salah satunya hinting Pali ini,” Pungkas Pranata mengakhiri obrolannya bersama awak media ini, Minggu sore (4/4/2021).
Yohanes Eka Irawanto, SE