Oleh : Wulan Ria Anggraini
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan potensi dan keaktifan siswa. Aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru, agar proses belajar mengajar yang ditempuh mendapatkan hasil yang maksimal. Kurangnya keaktifan yang terbangun di dalam kelas bukan hanya terjadi di pendidikan tinggi, tapi juga di antarsekolah.
Hal ini menyebabkan rasa keingintahuan dalam berbagai ilmu pengetahuan rendah. Adapun rasa malu dan kurang kepercayaan diri yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap keaktifan seseorang khususnya ketika sedang berada di dalam kelas untuk belajar. Selain itu, tentu terdapat siswa yang jenuh dan bosan saat pembelajaran berlangsung. Siswa bisa bosan dengan guru yang hanya menggunakan metode ceramah, apalagi seorang guru terlalu fokus sama materi yang diajarkan tanpa mengetahui sikap dan karakteristik siswa.
Guru yang sudah mempunyai gelar sarjana atau master belum tentu bisa menguasai kelas sepenuhnya, buktinya masih ada seorang guru yang tdak tahu sifat dan karakteristik siswa sendiri. Maka dari itu, sebelum pembelajaran berlangsung seorang guru harus mempunyai metode pembelajaran. Untuk itu, diperlukan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satunya menggunakan metode pembelajaran yang sesuai karakter siswa yaitu metode diskusi.
Dengan adanya diskusi terjadi pertukaran pikiran, gagasan, pendapat anatara dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau pendapat. Penguasaan terhadap metode, alat/media dan teknik pembelajaran harus diterapkan dan tercermin dalam program pembelajaran. Jadi proses pembelajaran harus bervariatif, metode yang digunakan tidak menoton, sehingga potensi yang ada pada masing-masing anak dapat dikembangkan secara optimal. Dengan kata lain, metode diskusi merupakan suatu metode pengajar yang mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada murid, dan para murid diberikan kesempatan bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan temannya.
Untuk dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Siswa aktif adalah siswa yang mampu menampilkan berbagai usaha/keaktifan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya siswa pada dasarnya adalah individu yang aktif, kreatif, dinamis dalam menghadapi lingkungan dan mempunyai potensi/kemampuan untuk berkembang yang berbeda-beda.
Adapun langkah-langkah peningkatan keaktifan siswa yang harus ditempuh oleh guru dalam mempersiapkan penerapan metode diskusi yaitu 1) Para siswa dengan bimbingan guru mempersiapkan alat atau sarana untuk melaksanakan diskusi dalam kelas; 2) Salah satu teknik penerapan diskusi yakni memperagakan prosestukar pendapa di depan sehingga anak-anak lain menyaksikan dan terpancing untuk mengemukakan pendapat mereka; 3) Untuk lebih meningkatkan semangat para siswa, topik yang didiskusikan bisa saja ditentukan dengan cara diundi.
Sebelum tampil para siswa yang memilih pertanyaan dalam kotak yang sama diminta berdiskusi sesama temannya. Walaupun demikian saat tampil di depan merupakan tanggung jawab masing-masing secara individual. 4) Pada akhir pertemuan guru dibantu para siswa memberi kesimpulan atas jawaban berbgai pertanyaan yang ada. Pada intinya kesimpulan juga mengakomodasi jawaban-jawaban dari siswa yang dianggap benar.
Dari peningkatan keaktifan siswa seperti ini bertujuan untuk menguasai kelas sepenuhnya, bahkan bisa juga dengan memperhatikan satu persatu siswa dalam berargumentasi dalam elas. Guru sebagai generesi pendidik mesti mengetahui metode-metode pembelajaran agar ketika mengajar materi peserta didik tidak merasa jenuh dan bosan.
Selain itu membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Proses diskusi memang tidak lepas dari kebiasaan bergaul dengan sesama orang lain, anak yang biasa bergaul akan memiliki kepercayaan diri, karena itu guru hendaknya membentuk suasana sedemikian rupa agar anak tidak canggung-canggung bergaul dengan sesamanya.
Praktek pengajaran dengan pendekatan keaktifan guru dan siswa menuntut upaya guru dalam merancang berbagai bentuk kegiatan belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar aktif pada diri siswa. Racangan itu merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru itu sendiri, maupun bagi siswa. Kadar keaktifan dalam pengajaran dengan pendekatan keaktifan guru dan siswa tercermin dalam kegiatan baik dilakukan guru maupun siswa.
Penulis adalah Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang Jawa Timur.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.