Andin Sofyanoor Bakal Maju Pilbup Banjar 2020

Dr. Andin Sofyanoor, S.H., M.H. menempuh jalan berliku dalam kehidupan politiknya. Memulai karier di awal-awal reformasi tahun 2004 dia sempat duduk sebagai Anggota DPRD Kabupaten Banjar selama tiga periode sebelum memilih istirahat untuk pendidikannya pada pemilu tahun lalu.

Kini Doktor Hukum dari Universitas Pandjajaran Bandung ini menatap tahun 2020 dengan tantangan baru, yakni maju dan ikut berkompetisi merebut kursi kepala daerah di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Dalam wawacaranya, Andin Sufyanoor yang juga merupakan advokat muda Kalimantan Selatan ini mengungkapkan pandangan-pandangannya tentang Kabupaten Banjar dan fungsi penting kepemimpinan bagi kemajuan di daerah dengan masyarakat tradisional-agamis.

Apakah Anda akan maju dalam Pilkada 2020?

Setiap orang yang tinggal di suatu daerah pasti ingin melihat pemimpin mereka, dengan krateria, Pertama; bisa dipercaya. Kedua; orang itu memiliki kemampuan dan Ketiga, bisa berkomunikasi dengan rakyat. Itu parameter idealnya.

Wawasan dalam pendidikan saya yang kebetulan sampai dengan pendidikan S3, mendorong saya melihat ke big picture atau gambar besar tentang bagaimana seharusnya pemimpin. Jika melalui perspektif saya belum menemukan gambaran itu, saya kira tidak ada upaya lain selain mencoba menjadi masuk menjadi gambaran itu sendiri.

Saya asumsikan dengan jawaban itu Anda akan maju dalam Pilkada 2020. Bagaimana Anda melihat peluang maju menjadi pemimpin dalam sebuah masyarakat yang sangat mempertahankan tradisi?

Ya betul, Insya Allah saya akan maju dalam Pilkada 2020 mendatang di Kabupaten Banjar. Saya melihat masyarakat Banjar cenderung tradisional. Tapi jangan salah, ini bukan berarti mereka tidak berpikir rasional. Masyarakat Kabupaten Banjar pada intinya, ingin maju dan terayumi dalam berbagai hal.

Sepanjang ada pemimpin yang bisa membawa konsep tentang kemajuan daerah tapi tidak meninggalkan culture mereka yang agamis, kenapa tidak? Masyarakat kita sangat terbuka.

Jelaskan dalam contoh lapangan yang mudah!

Misalnya ada pemimpin yang bisa membawa kabupaten Banjar maju, tetapi kemajuan dicapai dengan menghadirkan diskotik, tempat hiburan malam, dll. Itu bukanlah yang diinginkan masyarakat Kabupaten Banjar.

Itu pelanggaran karena mencapai kemajuan tidak boleh dengan membunuh jiwa dan culture masyarakat Kabupaten Banjar itu sendiri.

Kabupaten Banjar adalah daerah dengan tradisi keagamaan yang kuat dan religius. Pandangan tentang tradisi ini juga mempengaruhi cara mereka memilih pemimpin, yang biasanya dari kalangan ulama.

Baca Juga:  Wakil Walikota Banjarmasin Hadiri Bukber di PT. Pelindo III (Persero) Regional Kalimantan

Anda sendiri bukan seorang ulama. Jika Anda menjadi masyarakat Kabupaten Banjar, Anda pilih yang mana?

Di Indonesia, atau di Kabupaten Banjar khususnya, meski mayoritas masyarakatnya muslim, namun saya berasumsi tidak 100 persen.

Sebagai orang islam, saya kira kita harus merenungi hal ini dan ini membuat kita juga menghormati hak minoritas. Jadi saya condong pemimpin besok adalah orang yang punya visi kemajuan, tetapi memahami nilai-nilai prinsip dalam Islam, sehingga bisa mengembangkan agama islam sebagai Rahmatan Lil ´Aalamiin… Untuk semua orang…

Artinya pemimpin Kabupaten Banjar tidak harus seorang ulama? Ya Tidak haruslah!!!… Lebih ke pemimpin yang memiliki keyakinan agama Islam dan punya visi ke depan tentang pembangunan daerah. Tidak mesti ulama, namun harus menghormati ulama dan para Habaib.

Berbicara tentang pembangunan daerah, Kabupaten Banjar wilayahnya cukup luas dan masyarakatnya terpecah-pecah, ada yang tinggal di pegunungan, dan ada juga yang tinggal di pesisir.

Bagaimana Anda bisa memberikan apa yang setiap warga inginkan?

Kita harus memahami budaya dan kecenderungan di setiap daerah. Seperti contoh di daerah Kecamatan Paramasan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, warga di sana banyak non-muslim. Kemudian di pesisir, seperti di daerah Kecamatan Aluh-Aluh, Aranio, mereka muslim tapi tinggal di pelosok, yang tentu saja karakter dan kebiasannya jelas berbeda dengan masyarakat Martapura, Kertak Hanyar, Sungai Tabuk dan Gambut termasuk wilayah perkotaan.

Bagaimana menyatukan mereka?

Ya… pemerintah harus hadir memberikan apa yang mereka inginkan, misalnya dalam hal administratif, beri mereka kemudahan. Jadi semua mereka dilayani sebagai warga yang sama.
Dekatkan fungsi pelayanan kepada mereka. Jadi meski tertinggal jauh, mereka akan merasa dekat. Itu baru aspek pertama.

Laki-laki kelahiran Martapura, 10 Mei 1976 ini menuturkan, Kabupaten Banjar juga terkenal dengan stereotype tertinggal dalam hal infrastruktur. Kita lihat infrastruktur jalan dan jembatan masih kalah dengan kota tetangga Banjarbaru.

Bagaimana Anda membenahi ini?

Itu aspek kedua yang nyambung dengan pendekatan pelayanan tadi, dalam keseharian masyarakat kita beraktivitas berkebun, bertani, jelas mereka akan menjual barang ke kota atau ke sentra-sentra pasar. Notabene mereka perlu akses jalan yang baik.

Baca Juga:  Maraknya Kejahatan Jalanan dan Narkoba Kepada Anak, Polres Metro Jakarta Barat Bersama Tiga Pilar gandeng Dinas Pendidikan

Apalagi kalau melihat tetangga sebelah seperti Kota Banjarbaru, Kabupaten Tapin ataupun Kota Banjarmasin yang ternyata memiliki fasilitas jalan yang lebih baik. Nah, dari itu sangat penting untuk membuat warga Kabupaten Banjar tidak malu menjadi warga Banjar. Kalau perlu, bikin masyarakat kabupaten tetangga yang merasa ingin lewat di jalan Kabupaten Banjar.

Aspek ketiga, memaksimalkan sumber daya manusia Kabupaten Banjar. Dan jalan utamanya adalah pendidikan. Kita pastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang berkualitas, kita pastikan ada sekolah, ada fasilitas pendidikan, ada guru, semua buku yang bagus dan bermutu. Clear masalah SDM, baru kita berpindah ke SDA.

Allah memberikan rezeki ke Kabupaten Banjar, kita maksimalkan Sumber Daya Alam ini untuk kemandirian mereka. Misalnya, kalau kita memiliki tambang, ada anak-anak di sekitar tambang harus disekolahkan, S1, S2, bahkan kalau perlu sampai S3. Jadi tahfiz, ahli Qur´an, ahli Hadits, dan sebagainya, dengan cara memanfaatkan SDA ada di situ. Jadi tidak ujug-ujug ada orang datang, menambang di situ, lalu masyarakatnya kena debu. Sudah kena debu, tidak disekolahkan, tidak ada CSR, dll. Hal ini sangat tidak wajar. Akhirnya fungsi pemerintah hilang.

Aspek terakhir, bagaimana membuat masyarakat Kabupaten Banjar menerima fenomena moderm semacam teknologi digital. Karena tidak cukup dengan SDM, SDA, dia harus menerima perangkat infrastruktur modern. Pemahaman ini penting karena inilah dunia yang kita hidup sekarang ini. Semuanya serba digital. Kita tidak bisa lari dari kemajuan zaman.

Apa urgensinya dalam sebuah masyarakat tradisional, coba berikan contoh sederhana yang bisa dipraktikan.

Misalnya dengan adanya teknologi digital, warga di pelosok bisa menjual produk pertanian tidak hanya ke pasar tapi juga ke pasar maya luas. Petani cukup mengupload foto produk dan nanti bisa ditawar oleh orang di Banjarmasin.

Secara tidak langsung ini membuat akses jalan tidak terbebani karena pengiriman bisa terbagi-bagi. Misalnya tadinya dilewati 10 ton, hanya dilewati 5 ton saja.

Baca Juga:  Pelepasan Pawai Ta'aruf Langsung Dilakukan Ketua LPTQ Provinsi Kal-sel

Tiga variabel ini akan menciptakan masyarakat yang mandiri. Kita menciptakan sebuah masyarakat yang tidak lagi bergantung langsung kepada pemerintah dan kita berharap masyarakat bisa berpikir maju dan mandiri.

Kalau mereka mandiri, pemerintah juga mendapatkan income. Pertumbuhan ekonomi bisa terjamin, kalau itu terjadi, maka akan tercipta kesejahteraan buat rakyat.

Dari segi aspek politik, Anda akan maju melalui partai apa?

Partai Golkar kemungkinan besar akan mengusung Ketua DPD Golkar Banjar sendiri, Haji Rusli. Kita berharap ada parpol yang mampu berpikir holistik, dan memahami bahwa kemajuan Kabupaten Banjar bukanlah hal yang bisa kita negosiasikan. Apapun parpolnya, Kabupaten Banjar harus maju dengan konsep-konsep dan teori-teori serta praktik yang kita lakukan.

Jika semua sepakat, saya rasa, parpol akan melakukan penjaringan, konvensi dan perekrutan dengan cara yang elegan. Tujuannya adalah mencari siapa saja yang layak menjadi calon kepala daerah dari parpol tersebut.

Kalau ternyata tidak ada parpol yang seperti itu?

Kalau seandainya memang belum ada, maka ada pilihan konstitusi yaitu maju perseorangan secara indepedent. Tapi saya masih yakin dan percaya, masih ada partai di Kabupaten Banjar, atau Indonesia secara umum yang punya pandangan yang baik dan tidak pragmatis.

Jadi Anda masih berharap maju melalui Partai Golkar?

Saya kader Golkar. Saya terpilih sebagai anggota DPRD Banjar dari Partai Golkar dan saya adalah kader Golkar. Meski bukan pengurus. Namun harapan besar saya, Golkar memberi kesempatan kepada saya untuk bisa berkompetisi di wilayah eksekutif di Kabupaten Banjar.

Kalau akhirnya Golkar memberi peluang itu, siapa wakil Anda jika Anda akhirnya lolos untuk berkompetisi?

Masalah wakil saya kira mengikuti respons masyarakat tentang siapa yang ideal. Saya pribadi punya kriteria sederhana tentang wakil, yakni harus sama-sama punya niat yang sama. Punya konsep yang sama. Kalau beda, saya kira tidak bisa berjalan. Kita ingin membangun Kabupaten Banjar tanpa mengubah karakter, keunikan dan tradisi masyarakat. Intinya saya bakal maju sebagai Calon Kepala Daerah ini ingin membangun dan memajukan Kabupaten Banjar yang madani dan religius. (red)

Dibaca 43 kali.

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top