Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi.
SUAKA — JAKARTA. Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pramono Ubaid Tanthowi mengatakan Sistem Perhitungan Suara (Situng) Pemilu 2019 tak rampung karena banyak permainan suara di tingkat bawah. Pramono menyampaikan potensi manipulasi suara besar terjadi pada pemilihan legislatif.
“Kami mendeteksi daerah-daerah yang upload Situng-nya lambat di Pemilu 2019, itu terindikasi di daerah-daerah di mana memang C1 sudah berantakan karena banyak permainan-permainan itu,” kata Pramono dalam diskusi di Kantor Kode Inisiatif, Jakarta, Rabu (31/7/2019).
Pramono mengaku, petugas-petugas uploader tak berani mengunggah data ke Situng karena form C1-nya sudah berantakan sejak di tingkat bawah.
“Banyak permainan-permainan di tingkat bawah, jadi mereka mau upload enggak berani karena sudah diacak-acak,” ujarnya.
Pramono tak merinci daerah mana yang dimaksud C1 berantakan sejak di tingkat bawah. Namun hingga Rabu (31/7/2019), Situng untuk Pileg 2019 baru selesai 98,74 persen, sedangkan untuk Pilpres 2019 di angka 99,42 persen.
Sementara provinsi-provinsi yang belum merampungkan Situng pileg adalah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Papua, Papua Barat, dan Maluku.
Kemudian Maluku Utara, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
Pramono menegaskan potensi manipulasi suara sangat besar terjadi di pileg. Sebaliknya, potensi itu kecil berlaku di pilkada dan pilpres.
Karenanya, KPU optomistis menerapkan Situng alias e-rekap di Pilkada Serentak 2020.
“Situng ini kita jadikan mekanisme yang formal, maka dia bisa memangkas proses rekap berjenjang di atasnya yang berbelit-belit itu,” tukas Pramono membeberkan kecurangan tersebut kepada sejumlah wartawan. (red)