MANTAN Pimpinan Komisi Pengawas (Komwas) Partai Demokrat HM Darmizal MS, menanggapi beredarnya berbagai analisa dari banyak kalangan atas kemungkinan berlabuhnya partai berlambang Mercy ini di koalisi Jokowi serta siapa yang akan dipilih oleh mantan Walikota Surakarta menjadi ‘pembantunya’ di Kabinet Kerja jilid II.
Darmizal mengungkapkan, presiden Joko Widodo atau Jokowi yang dibesarkan dari kalangan masyarakat proletar atau dari masyarakat kebanyakan pernah tinggal dipinggir bantaran sungai bengawan Solo. Bahkan, kata Darmizal, Jokowi juga pernah merasakan getirnya penggusuran terhadap keluarganya oleh penguasa kala ia remaja.
“Dengan latar belakang demikian, saya meyakini Jokowi akan lebih menghargai sosok rekan seperjuangan yang pernah sama-sama berkeringat. Untuk saat ini adalah perjuangan pada Pilpres 2019,” hal itu dikatakan Darmizal saat ditanya wartawan menyikapi dua kader partai Demokrat yang digadang-gadang bakal masuk kabinet Jokowi jilid II, Senin (1/7/2019).
Menurut Wakil Sekjend partai Demokrat diera yang gemilang ini, Jokowi bukan tipe orang yang mudah melupakan budi baik seseorang. Apalagi, orang itu telah ikut berjuang bersama dirinya.
“Pandangan saya, pak Jokowi adalah sosok yang selalu menjaga sahabat seperjuangannya, bukan tipe orang ‘kacang lupa kulitnya’. Pak Jokowi sangat menghargai jasa-jasa seseorang,” ujar Darmizal.
Lebih lanjut alumni Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini mengungkapan, jika partai Demokrat diberikan kursi kabinet dalam pemerintahan Jokowi, peluang mantan Gubernur Jawa Timur Soekarwo atau Pakde Karwo lebih besar dibandingkan dengan kader Partai Demokrat lainnya, semisal Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Pakde Karwo, menurut Darmizal, lebih berpengalaman dibidang pemerintahan maupun politik ditanah air. Pengalamannya yang panjang dipemerintahan dan 10 tahun menjadi Gubernur Jawa Timur akan sangat membantu pemerintahan Jokowi Amin di 5 tahun Kabinet Kerja jilid II.
Menurut Ketua umum Relawan Jokowi atau RèJO ini, AHY masih terlalu muda dikancah politik dan birokrasi. Jadi, akan sulit mengimbangi kerja pak Jokowi yang tangkas dan serba cepat. Berbeda dengan pakde Karwo yang pengalamannya sudah matang.
“Saya sarankan, sebaiknya AHY, fokus berjuang untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada Kongres sekitar Mei tahun 2020 mendatang,” tutur Darmizal yang kini mengaku sedang mempersiapkan syukuran nasional relawan atas penetapan Jokowi-Amin sebagai Presiden dan Wapres periode 2019-2024.
Sebelumnya, pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menilai, Joko Widodo lebih sreg menarik Soekarwo yang akrab disapa Pakde Karwo di kursi kabinet 2019-2024. Pasalnya, di kalangan tokoh parpol koalisi, Pakde Karwo lebih diterima dibanding sosok AHY.
“Cukup sulit memprediksinya sebab jika Jokowi memberi peluang pada Demokrat dan Demokrat itu Pak SBY maka AHY yang akan disorongkan utama, tetapi penerimaan AHY di koalisi Pak Jokowi lebih terjal daripada Pakde,” katanya, Minggu (30/6/2019).
Dia memprediksi, untuk menghindari konflik di parpol koalisi, besar kemungkinan Jokowi akan memilih Pakde Karwo. Yang merepresentasikan seorang birokrat dan profesional, ketimbang kader parpol.
“Dalam situasi seperti itu sepertinya Pakde Karwo lebih berpeluang diterima koalisi Jokowi ketimbang AHY. Pakde itupun akan lebih banyak merepresentasikan sebagai birokrat profesional ketimbang sebagai kader partai,” tambahnya.(asp)