DAUN Tapak Kuda (Latin: Ipomea pes-caprae) merupakan salah satu potensi sumber daya alam di daerah Sulawesi Selatan (Sulsel) yang banyak dijumpai tumbuh di sekitar garis pantai, terutama pada lidah pasir. Daun ini belum banyak dieksplorasi padahal daun tersebut memiliki kandungan seyawa yang dipercaya mampu mereduksi racun pada produk pangan dan pakan.
Potensi daun tapak kuda tersebut diteliti oleh tiga mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), yang diketuai oleh Vietgar Membalik dengan dua anggota yaitu Andi Khusnul Fatima Bahar dan Yoel William George. Penelitian tersebut dilakukan di tiga laboratorium yaitu Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Laboratorium Kimia Fisika FMIPA dan Laboratorium Karantina Pertanian Makassar.
Penelitian ini dilakukan dengan pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Penelitian berjudul “REoXIN (Reducer of Aflatoxins): Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ipomea pes-caprae terhadap Aflatoksin B1”.
“Aflatoksin diangkat menjadi objek penelitian karena racun tersebut sangat berbahaya karena dampaknya tidak hanya kepada kesehatan manusia dan hewan, namun juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Wabah aflatoksikosis akibat makanan yang tercemar pernah dilaporkan terjadi di beberapa negara dan menyebabkan kematian sekitar 400 kasus,” jelas Vietgar, ketua tim penelitian, Minggu (16/6/2019).
Di Indonesia sendiri, beberapa peneliti pernah melakukan penelitian dan menemukan kandungan aflatoksin pada produk pangan sangat tinggi.
“Di sisi lain, daun tapak kuda memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mereduksi kandungan aflatoksin. Untuk itulah kami mengangkat penelitian dengan meneliti potensi daun tapak kuda tersebut,” lanjutnya.
Penelitian tersebut dilaksanakan dengan serangkaian proses meliputi pembuatan ekstrak daun tapak kuda, pembiakan dan transfer Aspergillus flavus, uji fitokimia dan antioksidan ekstrak, uji aflatoksin, sampai tahap analisis data.
Meraka berharap, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama bagi mahasiswa dalam mengeksplorasi bahan-bahan alami yang berpotensi dimanfaatkan, sehingga meminimalisir penggunaan bahan kimia berbahaya. (red)