Foto : Jenazah Harun Rasyid bocah di aniaya oknum Polisi
SUAKA – JAKARTA. Aksi demonstrasi tolak kecurangan pemilu 2019 yang muncul setelah KPU mengumumkan hasil rekapitulasi pemenang situng Nasional untuk Pilpers pada tanggal 21 Mei 2019 dini hari, telah memicu amarah rakyat Indonesia.
Tanpa dikomandoi, rakyat bersatu dan menggelar aksi spontan di berbagai wilayah Indonesia pada tanggal 21 dan 22 Mei 2019.
Dalam aksi tersebut, puluhan orang meninggal dunia, dan ratusan bahkan capai ribuan orang luka-luka, juga dikabarkan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 117 orang, sebagian besar jenazah mereka dibawa polisi entah kemana. Keluarga yang kehilangan sanak saudaranya mulai banyak mencari kemana hilangnya mereka.
“Semoga kabar ini cepat terungkap. “Tulis sahabat melalui whatsappnya, Jum’at (24/5/2019), sore tadi.
Salah satu korban datang dari warga Duri Kepa, Kebon Jeruk Jakarta Barat. Muhammad Harun Rasyid, bocah berumur 15 tahun na’as diseret, dipukul, ditendang, di injak oleh sejumlah polisi berpakaian lengkap seperti tim PHH.
Video viral tersebut diunggah seseorang dan beredar di masyarakat. Indonesia berduka, pertiwi menangis. Yaaa itulah curahan hati rakyat Indonesia, betapa keji dan kejamnya para oknum polisi itu menganiaya bocah umur 15 tahun seperti hewan dan sama sekali tidak berprikemanusian.
Video aknum Polisi aniaya bocah 15 tahun seperti melebihi menganiaya binatang.
Bocah yang duduk di bangku sekolah SMP itu tewas dianiaya oknum polisi lepas penyisiran massa di petamburan, tanah abang Jakarta Pusat pada tanggal 22 Mei 2019 pagi hari. Penganiayaan yang terjadi terlihat jelas dilakukan di area kompleks Masjid Al Huda, Jalan Kampung Bali XXXIII, Jakarta Pusat.
Pelataran parkiran Masjid Al Huda, TKP penganiayaan Harun Rasyid dianiya seperti binatang.
Warganet banyak mengecam tindakan polisi sangat brutal dan tak terkendali. Setelah mereka menyisir massa, menembaki warga, merusak dan menghancurkan yang ada di depannya dengan berbagai cara dilakukan para polisi tersebut, bahkan (mereka) para polisi tersebut masuk ke pemukiman warga.
Haruskah polisi bertindak seperti itu? Hanya karena haus kekuasaan dan tidak mau mengakui kecurangannya pesan intruksi atasan, “rakyat menjadi korban. “tulis warganet.
Sementara Sekjen Pribumi Bersatu Askan Naim Waralalo melalui komunikasi nya dengan Kabartoday.co.id, Jum’at (24/5/2019) pukul 21.35 WIB mengutuk keras tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok aparat polisi terhadap Muhammad Harun Rasyid bocah yang masih dibawah umur hingga meninggal dunia.
PB mendesak kapolri usut tuntas kebrutalan anggotanya yang telah semena-mena melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap anak dibawah umur.
Sekjen Pribumi Bersatu Askan Naim Waralalo
Selain itu, PB juga meminta Komnas HAM untuk segera ambil langkah dan sikap tegas atas terjadi insiden tersebut.
“Kepada Kapolri, kami sayangkan anggota-anggotanya sangat brutal terhadap rakyat, itu bukan cerminan institusi kepolisian, oknum anggota polisi terssbut harus ditindak cepat. “Kata Askan.
Lanjut Askan, Negara dan pemerintah yang diharapkan harus hadir melindungi seluruh rakyat bukan malah melakukan tindakan-tindakan represif hingga menimbulkan kematian.
“Pribumi Bersatu (PB) turut berduka cita dan keprihatinan yang mendalam atas meninggalnya Harun, luntur nya demokrasi, terpasungnya kemerdekaan, sehingga memicu tragedi kemanusian dengan begitu banyak korban meninggal dunia atas peristiwa 21-22 Mei kemaren. “Ucap Askan.
Sebelumnya Video yang viral mendunia atas kematian Harun bocah usia 15 tahun itu telah menjadi saksi ssbuah cerita nyata, dan itu bukan rekayasa. Apakah Polri masih berkelit dan bilang Hoax?
Dalam salinan video tersebut terlihat jelas aparat kepolisian bukan lagi menjaga situasi aksi demonstrasi di Bawaslu RI, akan tetapi menyisir pemukiman warga hingga mencekam. Bahkan dikabarkan penjaga rumah Habib Riziq di petamburan tanah abang turut meninggal terkena tembakan aparat kepolisian.
Aparat yang mengenakan pakaian pengamanan, lengkap dengan rompi, tameng, dan helm mengeroyok seorang pemuda secara brutal. Mereka memukul, menendang, dan menghantam pemuda itu dengan pentungan, hingga senapan mereka di area parkiran masjid Al Huda, Jalan Kampung Bali XXXIII, Jakarta Pusat, yang merupakan pemukiman warga.
Dilansir Kumparan, warga di TKP hampir semuanya tak berani buka mulut terkait penganiayaan aparat kepolisian terhadap Harun. Hingga akhirnya seorang tukang parkir mau diajak bicara.
Sebut saja pria itu Adi, ia bersaksi bahwa benar dilokasi pelataran parkir masjid Al Huda itu tempat penganiayaan yang terjadi, “bukan di halaman masjid yaa mas, tetapi di pelataran parkir masjid. “perjelas Adi.
Adi juga menjelaskan saat perisitiwa tersebut terjadi, tak ada warga yang menolong korban, karena warga sangat ketakutan atas kebringasan polisi sehingga mereka tak berani keluar rumah.
“Benar korban itu anak remaja bernama Harun. meninggalnya harun saya kurang tau, apa di TKP atau pas dibawa ke RS Dharmais. “Ulasnya.
Lebih rinci Adi juga mengurai awal kejadian, sebenarnya kata Adi, pengurus RW ingin memberitahukan warga bahwa polisi masuk ke pemukiman kita, warga yang lain masuk ke rumah.
“Harun yang tidak tau apa-apa lalu keluar rumah dan kena-lah dia, jadi gitu ceritanya. “Urai Adi.
Dikabarkan bahwa Harun bocah polos yang tak tau apa-apa, bahkan bocah umur 15 tahun tersebut tidak ikut aksi demo sama sekali. Patut di duga dan harus diungkap kebrutalan oknum polisi yang telah melanggar HAM berat.(zal/red)