HAIDAR Alwi Penanggung Jawab Aliansi Relawan Jokowi (ARJ) mengaku, saat ini, peradaban manusia di bumi sudah semakin maju sesuai perkembangan disiplin ilmu dan nilai-nilai kehidupan serta revolusi industri yang selalu mengalami peningkatan.
Tetapi, kata dia, akan menjadi aneh dalam peradaban yang sudah maju seperti sekarang ini masih ada orang yang menghakimi seseorang dengan membawa serta latar belakang suku bangsa seseorang yang melakukan kesalahan.
“Misalnya, ketika ada orang keturunan A melakukan tindakan provokasi atau penghasutan. Bukan berarti kita bisa dengan serta merta menyeret latar belakang suku bangsanya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam tindakan kesalahan tersebut. Karena, itu sudah masuk wilayah Suku Agama dan Ras Antargolongan atau SARA. Dan, tidak boleh terjadi seseorang dihakimi karena latar belakang suku bangsanya,” ujar Haidar di Jakarta, Selasa (7/5/2019).
Seseorang bisa menjadi tersangka, terdakwa dan terpidana lanjut Haidar, karena perbuatan melawan hukumnya. Dan, tidak boleh disertakan warna kulit/agama/sukunya dalam satu rangkaian argumentasi secara universal dalam ranah publik untuk menghakimi seseorang.
“Ketika seseorang salah maka fokuslah pada kesalahannya. Dan, ketika suatu kelompok salah maka fokuslah pada kesalahan kelompok itu,” jelasnya.
Karena, jika kita menyeret warna kulit/agama/suku orang yang melakukan kesalahan itu sama saja kita melebarkan suatu masalah personal ke masalah universal yang pada akhirnya bisa menjadi bias.
“Sudah tidak pantas lagi di jaman yang beradab seperti ini kita masih berbicara soal SARA. Dan, jangan biarkan peradaban kita menjadi mundur kembali hanya karena sentimen antar pribadi yang menyertakan SARA,” tegasnya.
Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi orang beradab dan ber Tuhan serta mengerti nilai-nilai kehidupan yang sesungguhnya harus memilih menolak isu SARA.
“Jadi, untuk alasan apapun isu SARA tidak boleh dibenarkan demi kelangsungan kehidupan secara damai dimuka bumi,” demikian Haidar Alwi.