Pekanbaru – Tidak banyak wanita di Riau yang terjun di bisnis senjata dan alat-alat berat. Tapi Zayu Rizki Safitri (39 th) sudah melakoninya sejak 10 tahun yang lalu. Berkat usahanya ini, Zayu menjadi wanita tangguh dan sudah berkeliling dunia, antara lain ke Perancis, Italia, Belgia dan Amerika Serikat.
Bahkan Zayu, yang dijuluki media sebagai Srikandi Melayu itu, juga menerima bea siswa untuk mengikuti studi tentang strategi internasional di Pascasarjana Royal College of Defense Studies, London, Inggris 2014. Dan, pada tahun 2016 dia menyelesaikan pendidikan tingkat master di Westminster University bidang studi hubungan internasional dan keamanan di Inggris.
Pendidikan memang kunci utama yang menjadikan Zayu sebagai wanita tangguh. Sehingga sebagian besar rekan-rekannya memanggil Zayu dengan sebutan Srikandi. Wanita nan lembut namun menguasai medan laga. Seorang aktivis perempuan dengan berbagai aktivitas dan kegiatan sosial.
“Kuncinya adalah pendidikan dan pergaulan,” kata Zayu kepada pewarta media ini beberapa hari lalu, seraya menambahkan sebelum menyelesaikan Strata 1 di Universitas Az-Zahra Jakarta (2011), dia juga menyelesaikan diploma bidang studi hubungan masyarakat di Jakarta.
Menjadi wanita karir yang bergerak di dunia usaha, memang bukanlah hal yang mudah. Apalagi usahanya antara lain sebagai distributor atau suplayer senjata api bagi anggota Perbakin (Persatuan Penembak Indonesia), TNI dan Polri, tidak hanya di Riau tapi beberapa wilayah Indonesia. Menurut Zayu, tidak ada yang tak bisa dikerjakan. “Yang gak bisa itu, kalau kita tak mau,” tegasnya.
Sejalan dengan senjata api, sejak 2007 hingga 2010 di bawah bendera PT. Amadani Jaya Ismada, Zayu adalah Direktur Bisnis untuk pengadaan alat berat bagi Pemerintah Indonesia dari produsen kaliber dunia. Dia berpartner dengan perusahaan-perusahaan dunia antara lain; Tanfoglio, Fiocchi, OMG Italia, Explosia Ceko, Produsen Senjata Filipina, Laut-Sub-Italia dan S & T Dinamis-Korea Selatan.
Kemudian, sejak Agustus 2010 hingga saat ini, di bawah bendera PT. Pusaka Ayu Bahari, Zayu berkuasa penuh sebagai owner (pemilik 90 % saham) sebagai suplayer alat berat dan senjata bagi Pemerintah Indonesia. Jika sebelumnya Zayu bergabung dengan perusahaan lain, kini Zayu benar-benar sudah menjelma sebagai Srikandi kaliber dunia. Parter yang dia wakili adalah; MES-Italia, Ruag-Swizerland, Mecar-Belgia, IDSA-Swiss dan Fieldsport-Malta.
Begitulah! Kehebatan bisnis seorang perempuan Melayu berdarah Sumbar-Palembang ini. Ketangguhan yang jarang dimiliki oleh perempuan biasa. Dan semua dia lakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Satu hal lagi yang membuat Zayu tidak hanya dikenal di tanah air, tapi juga mancanegara adalah kehebatannya sebagai seorang petembak atau atlit menembak. Statusnya sebagai suplayer senjata, ternyata dimulai dari kesenangannya menembak. Zayu berkali-kali menjadi juara di beberapa kejuaraan menembak.
Tapi yang membuat perbincangan dengan Zayu menjadi hangat adalah, ketika dia bicara masalah-masalah sosial, Riau dan Islam. Ternyata di balik semua yang dia lakukan, di balik dunia bisnisnya yang keras, di balik hobi menembaknya, Zayu memiliki cita-cita besar untuk kaum perempuan Riau dan Indonesia. “Saya ingin setiap wanita Melayu maju dan punya peran di negeri ini,” tegasnya.
Karena itulah, pada Pemilihan Legislatif mendatang, Zayu pun ikut maju, bertarung dengan sejumlah caleg lain di Riau untuk menjadi Anggota DPR-RI. Saat ini, Zayu sudah tercatat sebagai Calon Legislatif dari Partai Gerindra untuk Daerah Pemilihan (Dapil 1) Riau dengan nomor urut 3. Menurutnya, dengan menjadi Anggota DPR-RI, akan lebih mudah mengajak, memperjuangkan dan mencerdaskan wanita Melayu untuk mengangkat harkat, martabat dan marwah emak-emak atau kaum perempuan Riau.
Dikatakannya, Melayu adalah Islam. Dan bukan orang Melayu jika tidak Islam. “Perempuan Melayu harus pintar dan bermartabat. Apapun bisa kita lakukan. Apapun bisa kita wujudkan. Yang tak boleh adalah menggadaikan marwah wanita Melayu,” tutur wanita yang tak pernah lepas dari hijab di depan umum, meski sedang dalam pertandingan menembak.
Zayu akan sangat marah ketika ada orang menghina Islam, apalagi merendahkan perempuan Islam. Mukanya juga tampak memerah ketika ditanya pendapatnya tentang pembakaran bendera tauhid yang dilakukan oleh sekelompok oknum organisasi. “Saya sungguh mengecam tindakan itu,” tuturnya dengan suara lantang.
Bagi Zayu, Islam adalah agama damai; rahmatan lilalamin. Agama yang mengajarkan perjuangan, agama yang melindungi dan menghormati wanita, agama yang mendahulukan kebersamaan dan toleransi antar sesama. “Islam bukan agama teror. Islam bukan teroris. Saya bangga menjadi muslimah. Dan akan berjuang buat negara dan negeri saya. Itu konsep Islam dalam pemahaman saya,” tambahnya.
Karena itu pula, akhir Desember 2018 mendatang, Zayu bersama rekan-rekannya akan mengadakan pekan hijab terbesar dalam sejarah Riau. Dia akan mengumpulkan sekitar 10.000 kaum wanita di Riau untuk berparade jilbab. Angka ini sekaligus akan dicatat dalam rekor Muri dan akan diliput media-media Riau, nasional bahkan media internasional. Dan sebelumnya, atau akhir November ini, Zayu juga akan mengumpulkan 1000 anak usia 4 sampai 6 tahun untuk membacakan surat Alfatihah bersama-sama bagi keselamatan dan kemajuan negeri ini.
Begitulah! Zayu wanita Melayu perkasa nan lembut dengan banyak cita-cita. Meski sukses di bidang bisnis senjata dan alat berat, ditambah pula sebagai petembak nasional, tapi masih ada lagi yang hendak diraihnya. Dia ingin menjadikan perempuan Riau lebih berpendidikan, hebat, lebih mandiri dan lebih bermarwah. Dan secara bersama-sama mengajak seluruh Rakyat Riau untuk mewujudkannya. Semoga! (EFRI/Red)