SUAKA – JAKARTA. Mantan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) dan Pimpinan Komisi Pengawas (Komwas) Partai Demokrat yang kini menjadi Ketua Umum Relawan Jokowi (RèJO) HM. Darmizal MS, menyayangkan sikap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang begitu saja pergi meninggalkan karnaval deklarasi Pemilu damai di Monas pagi tadi.
“Saya hampir tidak percaya dan jadi tidak mengenali SBY yang sekarang dengan tabiat baru beliau yang sangat sensitif dan mudah tersinggung,” kata Darmizal, ketika dihubungi wartawan, Minggu (23/9/2018)
Darmizal mengaku teringat masa lalu ketika dirinya turut berjuang secara mandiri menghantarkan SBY menjadi Capres tahun 2004. Saat itu kenang Darmizal, SBY merupakan sosok yang tangguh dan selalu menjadikan setiap hambatan sebagai peluang.
“Dulu, semakin kuat gangguan yang datang semakin mantap pak SBY melangkah. Dan sikap tersebut yang membuat kami semakin percaya diri mendukung beliau saat itu. Dan hasilnya SBY menang dan menang lagi pada Pilpres 2009,” jelas Darmizal.
Sikap masa lalu SBY, lanjut Darmizal, kini justru dipertontonkan oleh Jokowi. Saat ini Jokowi dengan ksatria dan percaya diri selalu bergerak maju dalam menghadapi setiap tantangan dan gangguan dari manapun.
“Pak Jokowi menunjukkan sikap pantang mundur dalam kebenaran untuk kebaikan. Dia selalu optimis dan menjadi tauladan bagi seluruh rakyatnya. Jokowi tidak bergeming walau ditembak berbagai fitnah dan hoax, karena tujuannya memang untuk kemajuan dan kebaikan bangsa,” ucapnya.
Hari-hari belakangan ini, menurut Darmizal, saya dan mungkin juga rekan-relan lama yang pernah berdarah-darah berjuang menghantarkan SBY dimasa lalu rasanya menjadi tidak lagi mengenal dirinya yang kini seperti mudah menyerah, sensitif atau bahkan seperti terbawa perasaan.
“Contoh mutakhir yaitu saat SBY meninggalkan arena karnaval Pemilu damai di Monas Minggu pagi. Dulu SBY tangguh dan penuh percaya diri dalam bertindak, tidak mudah tersinggung dan tidak gampang terbawa perasaan,” tuturnya.
Menurut Darmizal, perangai SBY saat ini jauh berbeda dengan SBY yang dulu dikenalnya. Jika dibilang karena terlalu tua, juga gak pantas, beliau rasanya masih muda.
“Jika dibanding Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad yang sudah 93 tahun yang masih tangguh, tangkas dinamis berfikir, berbuat dan betindak. SBY jauh lebih muda dibandingkan Mahathir Mohhamad,” katanya.
Saya kira, masih menurut Darmizal, ada tekanan yang sedang beliau hadapi pasca berakhirnya sebagai Presiden 10 tahun, kemudian setelah putranya AHY dengan pangkat Mayor berhenti menjadi Prajurit TNI kalah dalam Pilgub DKI dan terakhir gagal menjadi Cawapres.
“Ini memang berat buat semua orang tua termasuk andai saya jika mengalami hal tersebut akan sulit untuk move on dalam kondisi demikian,” pungkas jebolan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini menjelaskan. (bip/red)