SUAKA – SIDOARJO. Viralnya video yang berisi perilaku pornoaksi yang terjadi di Cafe D’Top, jalan Taman Pinang, Sidoarjo, Jawa Timur, dan maraknya berkeliaran perempuan yang diduga purek (pemandu karaoke) berpakaian super sexy di sekitaran wilayah tempat hiburan karaoke X2 dan D’Top, membuat tokoh masyarakat dan ormas Islam Resah.
Keresahan salah satu ormas Islam di Sidoarjo terlihat ketika beberapa anggota organisasi pers yang tergabung dalam Sindikat Wartawan Indonesia (SWI) yakni Agus Pudjianto ST selaku Sekjend DPP SWI dan Sunarko S.Sos selaku Ketua SWI Sidoarjo serta Kiky Pimpinan Redaksi (Pimred) Media Rakyat Jelata menemui Ketua Anshor Sidoarjo, Gus Riza di kediamannya, Sabtu (15/9/2018).
Dalam pertemuan tersebut, dibeberkan bukti-bukti terkait adanya kegiatan pornoaksi yang dilakukan salah satu purel bernama Bella di salah satu ruangan karaoke D’Top, serta video yang beredar adanya belasan perempuan berkeliaran berbaju seronok di sekitar karaoke X2 dan D’Top yang disinyalir adalah pemandu karaoke.
Gus Riza mengatakan bahwa telah banyak pengaduan dari masyarakat terkait adanya kegiatan para perempuan yang berkeliaran berbaju sangat terbuka aurat (sexy) yang bisa merusak generasi bangsa.
“Saya akan merespon pengaduan masyarakat, apalagi sekarang ada bukti data dari teman organisasi pers SWI dan teman media. Saya akan tetap mengawal temuan rekan-rekan dan akan saya rapatkan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI),” ujar Gus Riza.
Ia juga menambahkan bahwa Ansor berkomitmen untuk menjaga wilayah Sidoarjo bebas dari maksiat. “Saya akan tetap jaga Kota Sidoarjo sebagai panutan yang kental dengan para santrinya. Kita akan bersihkan maksiat dari kota ini,” imbuh Gus Riza.
Dalam pertemuan itu, Agus Pudjianto, Sekjend DPP SWI, juga angkat bicara terkait apa yang terjadi akhir-akhir ini dengan masalah pornoaksi di tempat hiburan D’Top dan X2. “Saya bersama rekan-rekan ormas dan lembaga pers akan tetap mengawal kasus tersebut. Pornoaksi harus diberangus, saya juga gak habis pikir ada apa dengan D’Top karaoke yang kok seakan kebal hukum. Masih ingat dalam kesaksian pemandu lagu bernama Mas’Ariel Kharomi alias Bella yang mengumbar nafsu,” ungkap Agus.
Lanjut Agus, “Dalam kesaksianya pada saat sidang di PN Sidoarjo, terkait kasus yang menimpa wartawan Ade, Bella mengakui bahwa pornoaksi itu dilakukan di D’Top Karaoke, Room 10. Bahkan keterangan saksi yang menyewa Bella bernama Kamerun, juga memberikan kesaksian yang sama. Waktu itu dia mabuk, lagi pesta miras.”
Terkait fakta persidangan tersebut, Agus mempertanyakan kinerja aparat hukum di Sidoarjo.
“Dengan adanya kesaksian itu, seharusnya Bella dan karaoke D’Top harus diproses hukum yang sama seperti halnya wartawan yang memberitakanya yang sekarang dalam proses hukum di PN sidoarjo,” pungkas Agus.
Dalam kesempatan yang sama, Sunarko, yang sering disapa Sony, ketua SWI Sidoarjo, juga sangat heran dengan proses hukum terkait pornoaksi “buka celana dalam” di D’Top karaoke dibiarkan bebas berkeliaran mencari mangsa.
“Seharusnya pihak aparat penegak hukum menangkap dan memproses pelaku pornoaksi. Kami akan terus mengawal kasus tersebut sampai pelaku pornoaksi dan manajement D’Top diproses, itu baru adil,” ungkap Sunarko dengan gerah.
Sementara Kiky, Pimred Media Rakyat Jelata yang ikut hadir dalam pertemuan mengatakan bahwa dirinya akan mengawal tuntas kasus pornoaksi yang terjadi di karaoke D’Top.
“Sudah jelas adanya pornoaksi di karaoke D’Top, dan sudah jelas setiap hari banyak wanita berkeliaran memakai pakaian seronok di sekitar karaoke X2 dan D’Top tetapi tidak ada tindakan yang terlihat, seakan adanya pembiaran. Karaoke D’Top dan pemandu karaoke yang membuka celana dalam harus diproses secara hukum, dan saya akan mengawal hal itu,” pungkas Kiky.
Di kesempatan berbeda, H. Dondik AS, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Hanura Kota Sidoarjo juga ikut prihatin dengan adanya pornoaksi di Sidoarjo. “Saya berharap agar masalah ini dapat perhatian serius dari pemerintah, karena saya takut nanti generasi penerus kita secara perlahan akan kena virusnya. Dengan adanya viral di youtube, saya sangat risih dan resah, harus kita basmi penyakit masyarakat yang ada di Sidoarjo,” ungkapnya dengan nada geram di kantornya (15/09/18).
Dari Jakarta, Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, yang sempat dua kali hadir ke PN Sidoarjo sebagai ahli pers terkait kasus kriminalisasi terhadap wartawan yang memberitakan tentang maraknya perilaku menyimpang “pornoaksi” di karaoke X2 menyatakan keprihatinannya atas kinerja Pemerintah Daerah dan aparat hukum di Sidoarjo. Ia juga menyayangkan sikap apatisme masyarakat dan ormas-ormas di Sidoarjo yang terkesan diam atas kasus ini. “Sangat disayangkan, respon tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah daerah setempat yang terkesan kurang dan terlambat. Namun, baguslah jika ormas Islam seperti Ansor sudah memberi perhatian serius atas keberadaan tempat-tempat maksiat seperti X2 dan D’Top ini,” ujar Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu. (Rachman/Red).