SUAKA, BANJAR. Ambruknya jembatan penghubung dua kecamatan yang terbuat dari kayu di Desa Pemurus, Kecamatan Aluh-Aluh dan Desa Jambu Burung, Kecamatan Beruntung Baru, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada Selasa (3/7/2018) sekitar pukul 15.45 Wita membuat aktivitas lalu lalang warga terganggu.
Alternatif sementara jembatan tersebut belum diperbaiki, warga memanfaatkan perahu (klotok dan jukung) ketika hendak menyeberang ke desa tetangga. “Kalau menyeberang ke desa tetangga kami menggunakan perahu. Padahal, arus sungai disini cukup deras,” kata Ahmad yang merupakan warga Desa Desa Pemurus, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (4/7/2018).
Menurut Amat panggilan akrabnya mengatakan, putusnya jembatan tersebut dikarenakan jembatannya cukup tua dan hujan terus menerus ditambah sampah sungai berupa ilung (enceng gondok) serta sampah lainnya terpampang di bawah tiang jembatan. “Jembatannya sudah tua juga, ditambah macam-macam sampah terpampang di bawah tiang jembatan ini, mungkin ini yang mengakibatkan jembatan ambruk,” ujar Ahmad.
Padahal menurut Amat, jembatan tersebut merupakan jembatan dan jalan utama warga di dua desa dan dua kecamatan bertetangga untuk melakukan aktifitas sehari-hari. “Sebanarnya ada jalan alternatif lain selain jembatan ini, tetapi sangat jauh memutarnya. Kamu berharap aja, semoga Pemerintah Kabupaten Banjar segera memperbaikinya dengan jembatan yang permanent sehingga masyarakat yang lalu lalang akan lebih nyaman menggunakannya,” tutup nya kepada wartawan.
Aktifis dari Lembaga Kerukunan Masyarakat Kalimantan (LEKEM KALIMANTAN) mengharapkan, pemerintah daerah harus cepat tanggap mengatasi permasalahan ambruknya jembatan penghubung dua desa tersebut,” ini kan merupakan jembatan dan jalan alternatif untuk mempermudah beraktivitas warga diantara dua desa, seyogyanya pemkab Banjar segera memperbaikinya guna mengatasi lancarnya lalu lalang warga sekitar,” kata Aspihani Idris saat dihubungi wartawan via WhatsApp, Rabu (4/7/2018).
Menurut Direktur Eksekutif LEKEM KALIMANTAN ini, Pemerintah Daerah harus benar-benar serius mengatasi permasalahan putusnya akses jembatan, “Setahu Saya di Pemkab itu ada dana tanggap darurat bencana, dana itukan bisa digunakan untuk sementara waktu mengatasi lalu lalang aktivitas warga yang bermukim berseberangan di dua desa dan kecamatan ini. Jika lambat diatasi kasian masyarakat sangat terganggu aktivitas sehari-harinya. Dan sebaiknya kalau membangun jembatan kedepannya, buatkan jembatan yang permanent sehingga antisipasi ambruk itu sangat jauh dari perkiraan, tolonglah pemerintah memperhatikannya, jangan hanya daerah yang diluar yang begitu diperhatikan, artinya jangan sampai pembangunan itu pilih kasih” kata Aspihani dalam relesan nya yang disampaikan kepada wartawan. (@bduh)