SUAKA – JAKARTA – Negara-negara Asean mengapresiasi atas keberhasilan Indonesia dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Indonesia dinilai berhasil dalam pencegahan, peningkatan, kesiapan, dan mitigasi karhutla yang tercermin dari turunnya jumlah hotspot sejak dua tahun lalu.
Pengakuan Negara-Negara ASEAN ini dalam pertemuan Technical Working Group (TWG) on Transboundary Haze Pollution yang dilanjutkan dengan Pertemuan The Sub-Regional Ministerial Steering Committee (MSC) on Transboundary Haze Pollution di Bangkok, Thailand pada tanggal 31 Mei – 1 Juni 2018.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari hasil upaya bersama, sesuai arahan khusus Presiden Joko Widodo dalam forum rapat koordinasi pencegahan karhutla yang setiap tahun digelar.
Sumber Join News Network (JNN) yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Senin, 4 Juni 2018, Bahwa Indonesia mendapat apresiasi dari peserta negara Asean, di Bangkok, Thailand.
Menurut Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) sekaligus Ketua Delegasi Indonesia dalam TWG, Raffles B. Panjaitan, Pertemuan tahun ini merupakan pertemuan ke-20 yang dihadiri oleh menteri/perwakilan yang bertanggung jawab atas lingkungan, untuk lahan kebakaran hutan dan kabut asap, yaitu dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, serta Sekretariat ASEAN.
Dalam pertemuan itu, disebut terjadi perubahan paradigma penanganan karhutla di Indonesia, yang semula dengan prioritas pada pemadaman saat fase krisis, namun pasca tahun 2015 lebih mengutamakan aspek-aspek pencegahan.
“Kejadian kebakaran Tahun 2015 menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia, bahwa upaya pencegahan sangat penting dalam pengendalian karhutla, ” ungkap Dirut PKHL, Raffles, seraya mengatakan pasca peristiwa itu kami menekankan untuk melakukan pencegahan karhutla sejak dini untuk meminimalisir terjadinya karhutla yang besar yang berdampak pada kabut asap.
Delegasi Indonesia juga diwakili oleh Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, dan Direktur Kerjasama Sosial dan Budaya ASEAN Kementerian Luar Negeri.
Dalam pertemuan itu, masing-masing delegasi menyampaikan perkembangan kondisi karhutla serta kondisi asap sebagai dampak karhutla. Hasil dari pertemuan TWG ini menjadi bahan dalam Pertemuan MSC yang merupakan pertemuan tingkat Menteri masing-masing negara.
Dalam pertemuan MSC, hadir mewakili Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Plt. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim yang juga bertindak sebagai Ketua Delegasi RI, I.B. Putera Parthama.
Putera menyampaikan bahwa Indonesia terus mengajak kepada negara-negara anggota ASEAN untuk terus meningkatkan kemampuan National Monitoring Centre masing-masing negara agar dapat berkontribusi dan menjalankan peran sentralnya dalam monitoring dan assessment terhadap asap lintas batas.
Tiga Keputusan hasil dari pertemuan Technical Working Group/Sub-Regional Ministerial Steering Committmenghasilkan membuahkan tiga keputusan penting, pertama ; Menyepakati untuk terus mendukung Indonesia dalam hal pendirian ASEAN Coordinating Centre for Transboundary Haze Pollution Control (ACCTHPC) yang saat ini tengah dalam proses finalisasi establishment agreement.
Kedua; Menyepakati usulan Indonesia agar mid-term review atas ASEAN HazeFree Roadmap 2020 dilakukan dengan menggunakan Haze Fund yang memerlukan persetujuan negara anggota ASEAN untuk memastikan objektivitas dan netralitas konsultan pelaksana, dan ketiga ; Menyepakati usulan Indonesia untuk menunggu input paling lambat akhir Juni 2018 dari AMS yang tidak hadir dalam TWG/MSC 20 atas paper Streamlining of Haze Related Meetings sebelum dilaporkan pada COM/COP-14.
Bahkan di Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Hari Minggu, pukul 20.00 WIB (03/06/2018), berdasarkan pantauan satelit NOAA terpantau lima titik, empat titik di Aceh dan satu titik di Sumatera Selatan. Sedangkan berdasarkan satelit TERRA AQUA (NASA) terpantau satu hostpot di Kalimantan Barat. (TIM)