SUAKA-BANJARMASIN. Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium atau bensin di wilayah Kalimantan Selatan menjadi perhatian serius dari Lembaga Kerukunan Masyarakat Kalimantan (LEKEM KALIMANTAN). Keseriusan lembaga tersebut dalam mengharapkan pasokan BBM jenis Premiun terpenuhi membuat TIM LEKEM KALIMANTAN melakukan Investigasi ke beberapa SPBU di Kalsel selama 2 hari Senin-Selasa, 14 dan 15 Mei 2018.
Lebih dari sepuluh buah SPBU di Kalsel ternyata Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium atau bensin mengalami kekosongan. “Lebih dari sepuluh buah SPBU hanya ada menjual Pertalite dan Pertamax. Bensin kosong,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Kerukunan Masyarakat Kalimantan (LEKEM KALIMANTAN) Aspihani Idris, Rabu (16/05/2018) dalam jumpa persnya di Banjarmasin.
Didampingi rekan-rekan aktifis LSM Kalsel lainnya, Aspihani menjelaskan dengan kelangkaan BBM jenis Premium atau bensin ini jelas sangat merugikan masyarakat terutama yang hidup pas-pasan. Dampaknya masyarakat terpaksa merogoh memeli bahan bakar non subsidi berjenis Pertalite atau Pertamax, ucapnya kepada wartawan yang di iya kan oleh rekan-rekannya.
Senada juga, Wakil Sekretaris Jendral LEKEM KALIMANTAN, Akhmad Husaini membenarkan pihaknya investigasi kebeberapa SPBU. Menurut Husaini yang juga merupakan Ketua LSM KAKI Kalsel, investigasi TIM LEKEM KALIMANTAN ke wilayah Tanah Laut, Banjarbaru dan mengarah ke Hulu Sungai di temukan puluhan titik SPBU hanya menjual BBM berjenis Pertalite dan Pertamax saja, sedangkan BBM jenis Premiun alias Bensin kosong dengan alasan masih dalam perjalanan.
“Kami dalam waktu dekat akan melaksanakan aksi di PT Pertamina dan ke Kementerian ESDM di Jakarta guna menyampaikan BBM jenis Premiun di Kalsel selalu kosong alias tidak pernah terpenuhi. Pertamina merupakan institusi yang paling bertanggung jawab atas langkanya bensin di Kalimantan Selatan ini,” tegas Akhmad Husaini kepada beberapa wartawan di Banjarmasin (16/05/2018).
Selanjutnya Husaini mengharapkan Pertamina juga melakukan pengawasan disetiap SPBU, sehingga mengetahui apa penyebab terjadinya kelangkaan BBM jenis Premium tersebut, “Jangan hanya kami melakukan pengawasan terhadap langkanya BBM jenis Premiun ini. Pertamina lebih utama melakukan pengawasan nya. Kan SPBU itu bagian dari jiwa Pertamina sendiri,” paparnya dengan nada keras.
Husaini menduga kelangkaan ini diakibatkan lemahnya pengawasan Pertamina sehingga patut diduga adanya permainan dalam mekanisme penyaluran. “Bahkan dalam investigasi yang kami lihat, para karyawan SPBU tidak jarang hanya mengutamakan para pelangsir sehingga berdampak antrean di SPBU cukup panjang,” ujarnya seraya menutup pembicaraannya.
Anggota DPR-RI dari Komisi VII dapil Kalimantan Selatan, Dardiansyah ketika diminta tanggapannya oleh awak media ini menyatakan sangat aneh, minyak jenis Premiun alias Bensin di Kalsel selaku kosong alias tidak. Padahal menurutnya, minyak ini paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat, terutama bagi masyarakat kecil yang tergolong ekonomi lemah.
“Jika Pertamina menyalurkan BBM jenis premium sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, lalu kenapa terjadi kelangkaan hampir disetiap SPBU di Kalsel. Pertamina harus bertangung jawab dan melakukan pengawasan lebih intensif sehingga kelangkaan bensin tidak terulang lagi,” tegasnya.
Menurut politisi PDI-Perjuangan, bahwa Komisi VII DPR-RI hampir setiap minggu melakukan dengar pendapat dengan Pertamina. “Menurut Pertamina peruntukan BBM untuk Kalimantan Selatan sangat cukup. Artinya tidak bakal ada yang namanya kelangkaan. Namun faktanya kelangkaan terus terjadi sebagaimana laporan dari LSM LEKEM KALIMANTAN, ada apa ini,” ujarnya Dardi panggilan akrabnya dalam keseharian.
Dardiansyah berharap BBM jenis premium alias Bensin ini dapat normal kembali di SPBU, sehingga masyarakat tidak dirugikan dengan “dipaksa” membeli BBM yang harganya lebih mahal ketimbang Premiun seperti Pertalite dan Pertamax.
Senada juga, anggota Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Selatan, Safruddin H. Maming, mengatakan ada silang data soal kuota BBM subsidi di antara Pertamina dan Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, setelah diketuk DPR RI, “Pertamina mengklaim ada pemangkasan kuota BBM subsidi sebanyak 30 ribu kiloliter untuk Kalimantan Selatan,” ujar Safruddin ketika diminta tanggapannya oleh awak media ini di DPRD Kalsel, Rabu (16/05/2018).
Menurutnya, Kementerian ESDM sempat menyatakan tidak ada pengurangan BBM subsidi. “Kementerian mengatakan tidak ada pengurangan kuota untuk Provinsi Kalimantan Selatan,” tukas politisi PDI Perjuangan ini.
Safruddin pun menyoal ketidaktahuan Pertamina dalam melayani distribusi BBM ke SPBU di Kalsel. Sebab, dia mengacu silang data jumlah SPBU di antara Pertamina dan Hiswana Migas Kalsel. Mengutip data Hiswana Migas, Safruddin berujar Pertamina melayani 110 SPBU di 13 kabupaten/kota se-Kalsel.
“Sedangkan pihak Pertamina menyebut ada 109 SPBU di 11 kabupaten/kota, jadi Pertamina dan Hiswana Migas tidak sinkron,” ujar dia. Lebih ironis lagi, Safruddin geleng-geleng ketika tahu Pertamina kesulitan menyebut detail angka kuota BBM subsidi di Kalimantan Selatan.
Ia pun berjanji akan memanggil pihak Pertamina dengan membawa data lengkap karena menyangkut rakyat banyak. “Berapa jumlah premium, premium yang bersubsidi berapa, untuk industri berapa, dan pertamax berapa, Pertamina tak bisa menjawab,” kata kader PDIP tersebut.
Sementara Sales Executive Retail Pertamina Banjarmasin, Endo Eko Satrio ketika dihubungi oleh wartawan suarakalimantan.com ke nomor kontak nya 08116808… disaat mau diminta tanggapannya terkait langjanya BBM jenis Premiun alias Bensin tidak mengangkat walau HP nya bisa tersambung disaat di hubungi.
Pantauan awak media ini di sejumlah SPBU di wilayah Kota Banjarmasin dan Banua Anam wikayah Hulu Sungai Propinsi Kalimantan Selatan, jenis BBM Premium masih sulit diperoleh karena alasan habis dan masih menunggu kiriman dari depo Pertamina. Kalau SPBU di dekat batas kota Martapura bertuliskan “Premium Belum Datang”. Bahkan juga di salah satu SPBU di Banjarmasin terpantau awak mefia ini masih marak para pelangsir BBM melancarkan aksinya, sebagaimana video dibawah ini berita ini. (TIM)