Oleh: Husaini Muzakir Algayoni
Islam adalah agama teroris dan agama kekerasan telah tersemat dalam doktrin orang non-Islam; bahkan pemeluk Islam dituduh sebagai muslim monster yang suka membunuh orang lain dengan cara bom bunuh diri.
Fenomena ini digambarkan dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2, Fahri dituduh sebagai teroris oleh Keira dan Jason karena ayah mereka meninggal karena ledakan bom yang dilakukan oleh orang muslim. Fahri dimusuhi padahal dia bukan teroris, gejala-gejala seperti ini terus mewarnai cakrawala pemikiran pemeluk agama lain dan dengan mudahnya menuduh Islam sebagai agama teroris yang membawa kekerasan kepada umat manusia.
Kini ulah teroris kembali hadir di Surabaya dengan meledakkan bom di tiga Gereja (Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Pantekosta Pusat dan Gereja GKI) pada Minggu (13/05/2018) dan di Polrestabes Surabaya pada Senin (14/05/2018).
Pasca serangan teroris ini, penulis mengamati cuitan-cuitan nitizen di media sosial; cuitan-cuitan tersebut secara umum berbunyi “Islam bukan agama teroris” dan tidak kalah sengitnya para elite politik di negeri ini menggunakan isu teroris saling sindir-menyindir untuk keperluan politiknya padahal nyawa manusia melayang tapi masih saja memikirkan nafsu politiknya disaat ada musibah.
Cuitan para nitizen “Islam bukan agama teroris” membuat penulis berpikir, memangnya Islam; agama teroris? membaca sebutan Islam sebagai agama teroris sehingga tergoreslah tulisan ini dengan judul “Kenapa Islam Dituduh sebagai Agama Teroris?” apakah ada yang salah terhadap agama Islam atau memang Islam mengajarkan kekerasan/menebar kebencian kepada pemeluknya.
Padahal Islam adalah agama damai, sejuk, penuh cinta dan agama rahmatan lil’alamin. Terus, kenapa Islam dituduh sebagai agama teroris? inilah jawaban yang perlu kita jawab dalam tulisan singkat ini agar mengetahui; siapa sebenarnya yang telah mencoreng Islam sebagai agama teroris.
Citra Islam tercoreng dengan sebutan Islam sebagai agama teroris adalah ulah umat Islam itu sendiri maka tidak heran pemeluk agama lain menuduh Islam sebagai agama teroris. Mencoreng Islam menjadi agama teroris adalah mereka yang memahami ajaran Islam secara berlebih-lebihan (ghuluw), telah terdoktrin dalam alam pikiran mereka ajaran Islam radikal (baca: Radikalisme Agama, LintasGAYO.co 26/10/2016), tidak humanistik, menebar kebencian kepada pemeluk agama lain dan intoleransi serta suka mengkafirkan orang lain.
Ketika berseberangan dengan pemikiran atau keyakinannya maka orang tersebut adalah musuh yang harus dihabisi dan dibunuh dengan cara kekerasan dan tentunya dengan bom bunuh diri yang mereka pandang sebagai jalan jihad.
Gambaran di atas sering kita dengar dengan istilah kelompok fundamentalis, militan, ekstremis, radikal, fanatik, jahidis dan juga islamis. Khaled Abou El Fadl seorang guru besar Hukum Islam di UCLA, AS, lulusan Yale dan Princeton yang mendalami studi keislaman di Kuwait dan Mesir menyebutnya dengan istilah puritan.
Ciri kelompok puritan ini dalam keyakinannya menganut paham absolutisme dan tak kenal kompromi. Dalam banyak hal, orientasi kelompok ini cenderung menjadi puris, dalam arti ia tidak toleran terhadap berbagai sudut pandangan yang berkompetisi dan memandang realitas pluralis sebagai satu bentuk kontaminasi atas kebenaran sejati.
Aksi-aksi teroris melaksanakan tugasnya dengan kekerasan, membunuh atau bom bunuh diri, padahal Islam melarang yang namanya membunuh bukan hanya sesama umat Islam tapi yang bukan Islam pun dilarang. Dalam Islam, membunuh seorang muslim dengan sengaja maka balasannya adalah Jahannam (QS an-Nisa: 93).
Sedangkan membunuh orang kafir dzimmi (berada dalam perjanjian dengan orang-orang muslim) hukumnya haram. Rasulullah saw bersabda “Barang siapa membunuh seorang jiwa yang berada dalam perjanjian dengan orang-orang Islam, ia tidak akan mencium wangi surga dan sesungguhnya wanginya dapat dicium sejauh perjalanan empat puluh tahun.”
Islam telah tercoreng dengan sebutan agama teroris maka umat Islam harus menyelamatkan Islam dari muslim puritan ini, melawan pemikiran muslim puritan tidaklah mudah dan itu perlu perjuangan lewat mendalami ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam, menanamkan nilai-nilai toleransi dalam beragama dan memanusiakan manusia lewat pesan damai yang telah diajarkan oleh agama Islam. Pemuda dan kaum pelajar mempunyai peran vital dalam melawan arus pemikiran Islam radikal dengan menanamkan paham-paham kebangsaan serta menguatkan pemahaman keagamaan dengan baik (baca: Pemuda Melawan Radikalisme, lintasGAYO.co 28/10/2017).
Moderat dalam beragama juga penting, yang mana moderat dalam beragama adalah tenang, seimbang, konsisten serta mengambil jalan tengah dalam semua urusan agama tanpa melebihkan atau menambah dan juga tanpa mengurangi atau mengabaikan. Selain moderat dalam beragama, mencari panutan dalam belajar agama apalagi dalam hal spiritual juga sangat penting karena pada saat sekarang ini ketika ada satu sentilan pikiran muncul dalam melakukan ritual, kita sudah mencari pengikut untuk kita sebarkan bahw ainilah pemahamgam agama yang paling benar/hakiki. Fenomena zaman ini menang mitip dengna model beragama new-age di Barat.
Artinya seseorang cepat skeli menjadi anutan orang lain, walaupun pengalaman spiritualnya belum mampu menandingi para ulam terdahulu (Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad dalam bukunya “Memahami Potensi Radikalisme dan Terorisme di Aceh, 2016).
Muslim puritan inilah yang menyebabkan Islam dituduh sebagai agama teroris, oleh karena itu mari kita selamatkan agama Islam yang membawa kedamain ini dari muslim puritan. Membuka pikiran secara inklusif bahwa Islam membawa pesan damai untuk seluruh umat manusia, yang menghancurkan agama Islam adalah pemeluk-pemeluk agama Islam itu sendiri dengan mengamalkan ajaran agama yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Islam adalah agama damai maka dari itu pemeluknya juga harus memberikan keselamatan bagi orang lain dan juga bagi pemeluk agama lain dari lisan dan tangannya karena mukmin sejati adalah mukmin yang bisa memberi rasa aman pada yang lain atas jiwa dan harta mereka. Ketika muslim memiliki pemahaman dan pengamalan agama yang sesuai dengan ajaran Islam maka pemeluk-pemeluk agama lain pasti tidak menuduh agama Islam sebagai agama teroris malahan rasa kagum mereka terhadap Islam karena pemeluk agama Islam memberikan kenyamanan dan kedamaian kepada pemeluk-pemeluk agama lain. Seorang muslim sejati, ada pada dunia fiksi dan itu ada pada sosok diri Fahri dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2.
Kemudian dalam dunia nyata ini, apakah kita bisa menjadi sosok Fahri yang menyebarkan pesan agama yaitu kedamaian kepada pemeluk agama lain karena agama Islam adalah agama damai, sejuk dan penuh cinta tanpa ada menebar kebencian serta kekerasan apalagi mengajarkan teroris. Jika ada, maka mari bersama-sama melawan muslim puritan dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya. (***)