suarakalimantan.com, Jakarta. Agenda Musyawarah Besar Ikatan Wartawan Online (Mubes IWO) langsung diwarnai adu protes antar peserta ketika acara baru berjalan 30 menit. Sejak dibentuk lima tahun lalu, IWO memang baru pertama kali menggelar mubes yang melibatkan seluruh anggota se-Indonesia.
Protes sekelompok wartawan meledak ketika pembawa acara membacakan susunan agenda pengukuhan pengurus IWO Pusat periode 2017-2022. Delegasi IWO Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Tenggara sontak bereaksi keras atas pengukuhan pengurus IWO.
Seorang delegasi IWO Minahasa Tenggara, Geri Mukobimbing, lantang menolak agenda pengukuhan pengurus IWO karena belum ada musyawarah antar peserta mubes. Geri mengakui sosok Jodhi Yudono dan Witanto hampir pasti aklamasi mengisi posisi Ketua dan Sekretaris Jenderal IWO periode lima tahun ke depan.
“Walaupun akan terpilih aklamasi, kami minta ada musyawarah bersama dulu. Kami datang ke sini untuk ikut musyawarah bersama, bukan tiba-tiba pengukuhan. Intinya kami kesini ingin bermusyawarah,” kata Geri Mukobimbing di sela-sela ruang MUBES IWO, hotel Puri Mega Jakarta, Jumat (8/9/2017).
Tak kalah galak, kolega Geri lalu beringsut dari atas kursi seraya menunjuk-nunjuk ke arah banner yang terbentang di atas panggung. Maklum, banner itu memang bertuliskan: Ikatan Wartawan Online Musyawarah Bersama (MUBES) I. “Ini musyawarah bersama. Tolong lihat itu! Kami ingin musyawarah dulu, jangan langsung pengukuhan!” teriak seorang delegasi IWO Minahasa Tenggara.
Adapun kelompok peserta lain menginginkan IWO Minahasa Tenggara menghormati susunan agenda yang sudah ditetapkan panitia dan pendiri IWO. “Laksanakan dulu agendanya! Biarkan pembawa acara membaca dulu!” teriak wartawan tak kalah garang dari sudut lain.
Lantaran ingin menjaga kondusifitas, pembawa acara pun membatalkan pengukuhan. Sosok Jodhi Yudono kemudian tampil meredam kisruh antar peserta mubes. Di atas panggung, Jodi mengatakan Mubes IWO sebagai ajang silaturahmi dan konsolidasi antar pengurus IWO. “Kami di sini tidak mencari kekuasaan. Media online dulu sebagai warga kelas ketiga, setelah cetak dan televisi. Sekarang media online harus lebih maju,” kata Jodhi disambut riuh tepuk tangan.
Jodhi optimis Dewan Pers segera menetapkan IWO sebagai organisasi resmi profesi wartawan, selain PWI, AJI, dan IJTI. Sebab, kata Jodhi, kepengurusan IWO sudah terbentuk merata pada 31 provinsi dengan anggota mencapai 500 orang. “Lebih kuat daripada parpol baru,” kata dia.
Adapun Sekjen IWO, Witanto dan delegasi IWO Sulawesi Utara, menggelar lobi singkat untuk menampung usulan. Witanto menerima usulan IWO Sulawesi Utara agar membahas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) lebih dahulu.
Adapun pengukuhan pengurus IWO Pusat lewat musyawarah mufakat di hari kedua mubes. “Malam ini Komisi A membahas AD/ART, Komisi B bahas kode etik profesi, dan Komisi C membahas kesejahteraan anggota,” ujar Witanto.
Menurut dia, agenda Mubes IWO hari pertama sejatinya mengukuhkan pengurus sesuai keinginan amanat pendiri IWO. “Kami inginnya memperkuat dulu struktur IWO periode 2017-2022. Tapi enggak masalah, kami terima masukan IWO Sulut,” Witanto berujar.
Sementara itu, Prof DR Henri Subiakto mengatakan, Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia adalah ikatan wartawan masa depan diera digitalisasi, namun diharap harus terus meningkatkan kwalitas sehingga keberadaannya bisa berkarya tulis dengan fakta menarik serta bisa mengalahkan hoax. “Mohon maaf pak Menteri lagi ke Bali, saya diperintahkan mewakili pada prinsipnya kami apresiasi Musyawarah Besar (Mubes) dari IWO ini, ikatan ini adalah ikatan wartawan massa depan, untuk itu perlu meningkatkan kwalitas sehingga bisa berkarya dengan fakta menarik serta bisa mengalahkan Hoax,” kata Prof DR Henri Subiakto, Staff Ahli Menteri Bidang Hukum Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, usai membuka Mubes IWO di Hotel Puri Mega, Jalan Raya Rawamangun, Jakarta, Jumat (8/9).
Ia mengatakan negeri tidak bisa lebih baik kalau dibangun dengan berita hoax atau tidak jujur, namun negeri ini bisa dibangin dengan berita yang akurat serta sesuai fakta. Jadi dalam kesempatan ini, pemerintah Republik Indonesia menaruh harapan besar kepada IWO agar bisa ikut memerangi Hoax.
Lebih jauh, Henri mengaku kalau media online saat ini sangat demokratis, tidak mengenal dari mana berasal, tetapi akan tetap dibaca oleh dunia. “Media online itu demokratis tak mengenal dari mana semua punya kesempatan, tidak mengenal dari kali deres, kali kepeting, dari Sulawesi, Manukwari tetapi media online darimanapun dibuat akan dibaca seluruh dunia lha ini khan demokratis,” ujarnya.
Selanjutnya Henri mengatakan, moment ini menurutkan sangat pas untuk meningkatkan kualitas jurnalis media online. “Sekali lagi saya tegaskan kalau saat ini ada trend media online dipenuhi hoax, banyak persoalan yang dihasilkan dengan berita Hoax ini, mari sama sama perangi, ” katanya dengan nada tinggi.
Pantauan awak media suarakalimantan.com Mubes IWO I ini dihadiri mencapai 250 peserta dari 31 provinsi dan 58 kabupaten/kota. Ratusan peserta sudah hadir ke lokasi sejak pukul 09.00 WIB dan peserta dari Kalsel merupakan peserta yang pertama datang ke tempat acara MUBES dan juga merupakan peserta terbanyak sebanyak 17 peserta ikut hadir dalam kegaiatan tersebut.(TIM)