SuaraKalimantan.com, Sukamara
Posko penyekatan atau pembatasan keluar masuk nya orang ke satu wilayah sudah berlalu lama, namun virus corona 19 tak kunjung pergi dari Bumi Pertiwi Indonesia sampai saat ini.
Posko penyekatan/pembatasan yang di jaga oleh petugas Gabungan COVID 19 selama 1×24 jam membuat rasa bangga semua orang yang melintasi posko dimaksud pada kala itu.
Petugas gabungan nampak tegar di tengah terik panasnya matahari, hujan penuh dengan kedinginan di malam hari, sekali lagi angkat dua jempol bagi mereka petugas posko penyekatan/pembatasan.
Namun di balik superheronya para petugas yang ikhlas hati nya meninggalkan keluarga tercinta demi menekan angka penyebaran COVID 19, kembali saya angkat dua jempol.
Namun ada satu oknum petugas penyekatan covid 19 kala itu yang akan saya tulis. Saya tulis dan jadi kan berita atas hasil wawancara langsung dengan narasumber seorang perempuan 44 tahun berinisial NRM menceritakan kisah tragis biduk rumah tangganya bersama HRD.
NRM membenarkan bertemu dengan HRD pada saat bertugas pada pos penyekatan dan lalu mengikat janji untuk membangun rumah tangga. Setahun berumah tangga lalu dalam dua bulan jalan tiga bulan ini hubungan NRM dengan HRD tidak lagi mesra.
NRM menuturkan, saat saya mengatakan sudah hamil dan mengandung anak nya (HRD) dari sini lah awal mula cerita cinta tidak lagi menjadi cerita cinta penuh bahagia untuk menyambut sang jabang bagi buah hasil hubungan HRD dan NRM, namun meninggalkan cerita penuh perjuangan di serta derai air mata dan hati yang selalu gelisah setiap malamnya.
Mediasi demi mediasi pun tidak kunjung menemukan titik terang permasalahan yang sedang di hadapi perempuan ini.
“Setiap hari saya hanya menantikan kapan kepastian persoalan ini selesai Kepala Dinas yang pernah mengatakan ingin membantu menyelesaikan hingga kini belum ada kabar baiknya,” cerita NRM sembari meneteskan air matanya ketika di temui langsung di Kota Sukamara pada Sabtu (18/12/2021).
NRM kembali menceritakan jika pernikahan siri nya terjadi pada (24/11/2020) dengan HRD, pada waktu itu bahwa HRD pernah berjanji untuk menikahi secara resmi (catatan sipil) setelah bercerai dengan istri sah nya.
NRM kembali menuturkan dari cerita ini NRM hanya ingin HRD mengakui anak dalam kandunganya yang saat ini sudah berjalan tiga bulan lebih.
“Masih kah HRD memikirkan anak dalam perut saya ini itu lah titik yang saat ini saya perjuangkan. Terima kasih mas wartawan sudah mau mendengarkan kisah perjalanan hidup saya bersama HRD,” tutur NRM dengan nada berat dan raut muka penuh kesedihan.
Untuk diketahui bahwa awak media ini pernah di tolak kehadirannya pada saat NRM dan keluarga mendatangi ke Kantor Dinas di dalam ruangan ada Kepala Dinas, Kepala Bidang, HRD, Perwakilan keluarga NRM dan NRM sendiri.
NRM sebelum mengakhiri obrolannya menegaskan, bahwa HRD tanpa alasan yang jelas tidak mau lagi melanjutkan biduk rumah tangga dengan NRM dengan alasan habis jodoh.
“Ya HRD mengatakan pada saat mediasi dengan Kepala Dinas bahwa sudah habis jodoh bersama NRM,” cerita NRM.
Upaya perimbangan pemberitaan kepada sang Kepala Dinas pun bisa di laksanakan, namun perlakuan kurang mengenakkan diterima oleh awak media ini, dimana sang Kepala Dinas berlalu pergi saat awak media ini sedang dalam proses mewawancarai sang Kepala Dinas.
Upaya perimbangan pemberitaan kepada HRD pun kurang di respon dalam pesan whastApp nya HRD mengatakan persoalan ini sudah di selesai sama perwakilan keluarga.
Pernah melalui pesan whastApp, HRD ingin bertemu dengan awak media ini namun hingga berita ketiga di publikasikan tidak pernah memberikan kabar.
Yohanes Eka Irawanto, SE