SUAKA – KOTABARU- Kurang lebih 25 hektar sawah yang sementara ini ditanami padi berbagai jenis bibit unggul oleh warga Desa Salino, Kecamatan Pulau Laut Tengah, Kabupaten Kotabaru, Sabtu (12/6/2021).
Kepala Desa Salino Zakaria kepada Suarakalimantan, Minggu (13/6/2021) mengatakan sejumlah petani masih mempertahankan cara tradisional (manual) menanam padi sawah karena dinilai paling efektif dan hasilnya cukup bagus.
“Selama ini kami menanam padi sawah dengan cara tradisional (manual) yakni menabur langsung benih setelah lahan selesai dibajak dan juga masih ada menggunakan alat mesin bantuan dari Dinas Pertanian Kotabaru namun tidak maksimal,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa selama ini bantuan Dinas Pertanian Kotabaru sudah lebih dari cukup, tapi para petani masih mengharap bantuan alat mesin Combine atau alat panen, karena alat yang ada sudah sering rusak dan alat panen tersebut sudah berusia 4 tahun. Dan bila warga panen secara serentak alat itu tidak mampu untuk digunakan akhirnya tidak maksimal.
“Warga berharap agar supaya pemerintah melalui Dinas Pertanian dapat kembali dibantu alat panen justru itu sebagian warga melakukan panen secara tradisional,” ujarnya.
Ia menbahkan khususnya lahan pertanian di Desa Salino cukup baik karena pengairan juga cukup membantu walaupun irigasi pengairan masih perlu diperbaiki.
“Hasil panen padi warga sangat membantu dalam perekonomian mereka, sebab pelaksanaan panen bisa dua sampai tiga kali panen dalam setahun,” jelasnya.
Ia bersyukur warga Salino tidak bermasalah mengenai bibit padi karena jenis padi apa saja digunakan Insya Allah akan menghasilkan. Tidak seperti di daerah lain, kalau menanam padi harus mencari bibit yang sesuai tingkat kadar keasaman air.
“Kalau jenis padi yang sering digunakan warga Salino yakni berupa jenis padi Pongga. Bila kadar keasaman air tinggi maka jenis padi yang bisa digunakan yakni padi Pari 22, Padi R42, Padi Lokar dan padi Siam Kardil,” tandasnya. (wan/dam)