SUAKA – BANJARMASIN, Menjelang PSU Pilgub Kalsel 2020, situasi politik di Kalsel memanas. Dari rilis yang diterima media ini, baru-baru ini beredar selebaran yang berisi adanya korupsi renovasi makam datu kelampayan senilai Rp 80 Miliar. Muhamad Akram Sadli, salah seorang Tim BirinMu yang aktif pada bidang pengolahan artikel miring, dalam tulisannya pada laman goodnews.co.id menuduh bahwa pelaku penyebaran kertas tersebut diduga kuat adalah Haji Denny Indrayana beserta timnya.
Ilham Nor, Sekretaris Gerindra Provinsi Kalimantan Selatan, menyatakan tim H2D tidak pernah melakukan penyebaran selebaran seperti yang dituduhkan oleh Akram.
“H2D tidak pernah terfikirkan untuk menyebar hal-hal yang berbau fitnah. Kami fokus pada sosialisasi anti politik uang dan alhamdulillah masyarakat menerima itu dengan sangat baik, bahkan sampai membutuhkan Bawaslu Kalsel untuk mencopot spanduk perlawanan terhadap politik uang.” Jelas Ilham.
Ilham menjelaskan, dalam kalkulasi politik, membuat selebaran hoax hanya akan menurunkan elektabilitas pasangan calon. Oleh sebab itu, tidak mungkin ada tim yang melakukan tindakan tersebut. Jikapun ternyata ada, maka patut dicurigai yang melakukan justru adalah lawan politik dengan maksud sengaja untuk menjatuhkan. Karena logika tersebut sangat sederhana dan sangat mudah dipahami oleh masyarakat.
“Logikanya tidak mungkin orang sengaja melakukan gol bunuh diri. Artinya, kejadian itu memang sengaja diciptakan oleh lawan politik. Sangat mudah menilai bahwa kami yang sedang difitnah. Mudah juga untuk menebak siapa sebetulnya yang sedang memainkan isu fitnah tersebut.” Jelas Ilham.
Ilham menambahkan bahwa secara politik, sangat mudah melihat bahwa fitnah ini sedang diskenariokan oleh oknum tertentu.
“Selebaran ini muncul begitu saja, lalu tiba-tiba ditemukan oleh Dian Wulandari, relawan BirinMu. Kemudian dengan cepat tim BirinMu yang lain (Akram Sadli) menuduh Haji Denny dan tim yang menyebarkannya. Padahal kami tidak tahu apa-apa, jadi sudah sangat mudah ditebak siapa sebenarnya yang sedang memfitnah. Pola seperti ini sangat mudah ditebak, dan sangat disayangkan untuk dimainkan menjelang PSU. Karena fitnah lebih besar dosanya daripada membunuh.” Terang Ilham.
Pola semacam ini dikatakan oleh Ilham pernah terjadi sebelumnya, seperti penyebaran SKCK Haji Denny, kemudian penyebaran berita hoax tentang grup WA yang bocor yang rupanya dibuat sendiri oleh oknum lawan politik, dan sebagainya.
Ilham menyayangkan pergerakan tim lawan yang semakin sering menunggangi isu agama untuk kepentingan PSU. Hal ini berbanding terbalik dengan pencitraan yang sering disampaikan dimedia untuk menghormati ulama dan habaib.
“Saya melihat ada Guru Wildan, Habib Fathur, dan Kanda Zayadi menjadi korban. Dalam tulisan yang dibuat Akram Sadli, ketiganya seakan-akan langsung menuduh H2D sebagai pelaku, tanpa tabayyun, tanpa klarifikasi, padahal kami tidak tahu apa-apa. Justru yang pertama mengarahkan tuduhan itu kepada kami adalah Akram Sadli dalam tulisannya, yang notabene tim BirinMu sendiri. Jadi sudah bisa ditebak oleh publik siapa aktor dibalik fitnah ini.” Jelas Ilham.
Tidak hanya Ilham Nor, habib kharismatik Banjarmasin, Habib Abdurrahman Bahasyim, (Habib Banua) juga memberikan tanggapannya. Beliau berharap ulama dan para habaib dapat berperan maksimal dalam menciptakan PSU yang bermoral dan bermartabat, serta tidak terjebak terlalu dalam pada lubang politik praktis.
“Masing-masing pasangan calon didukung oleh para ulama dan habaib. Kita berharap ulama dan habaib ini menjadi penenang dan penyeimbang, jika ada potensi fitnah yang muncul, habaib harus hadir menenangkan, tabayyun, dan mengklarifikasi. Jangan sebaliknya, justru masuk ke dalam lubang kegaduhan.” Ucap Habib Banua.
Habib Banua juga berharap seluruh pihak saling bekerja sama dalam kebaikan untuk menciptakan PSU yang kondusif dan bermartabat.
“Ulun menghimbau kepada masyarakat, tolong menolonglah kita dalam berbuat kebajikan, seperti mengawal jalannya PSU jujur dan adil, demi kebaikan bersama rakyat Banua. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa, jangan membantu dalam kecurangan dan politik uang. Justru kecurangan itu harus kita lawan bersama-sama. Semoga PSU ini berjalan dengan jujur, adil, aman, dan damai.” Tutup Habib Banua. (Red)