SUAKA – KOTABARU. Ratusan lahan sawah pertanian menjadi lahan tidur dan menjadi tanaman belukar yang tidak di garap oleh pemiliknya. Ini di akibatkan tingkat kadar keasaman air terlalu tinggi seperti yang ada di Desa Karangsari Indah, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru.
Jadi warga petani mengharapkan tadah hujan, sehingga penanaman dilakukan hanya sekali dalam setahun.
Menurut Hariyadi Ketua Kelompok Tani Padi sawah mengatakan, bahwa masyarakat Desa Karangsari Indah rata – rata pekerjaan pertanian khususnya bertanam padi sawah, oleh karena pengairan sawah tidak ada terpaksa hanya menunggu tadah hujan dan itupun sering gagal panen maka petani beralih kerja bertani tambak.
“Gagalnya panen padi sawah disebabkan kendala dalam pemanfaatan lahan rawa yang dapat menyebabkan produktivitas pertanian padi berkurang.
Hal ini akibat lahan rawa memiliki kadar keasaman yang tinggi” tutur Hariyadi. Rabu (19/05/2021)
Ia juga menjelaskan, tingkat tingginya kadar keasaman tidak masaalah seandainya sirkulasi air bersih dan bergantian artinya air yang sudah bercampur kapur maka air tersebut perlu diganti dengan air bersih didalam sawah supaya dapat membersihkan kadar asam keluar walaupun masih ada yang tersisa.
Jadi yang paling dibutuhkan dan diharapkan oleh petani padi sawah adalah saluran irigasi, kalau seandainya ada saluran irigasi sekunder yang mengaliri setiap hari, mungkin pertanian padi di desa Karangsari Indah ini bisa menanam dua sampai tiga kali tanam tanpa mengharap tadah hujan.
“Sebagai Petani padi sawah mengharapkan kepada pemerintah daerah agar supaya dibantu bangunan saluran irigasi sekunder dan pengairan primer yang mengairi sawah. Sehingga tingkat kadar keasaman air secara sirkulasi padi yang ditanam dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi bisa lebih meningkat,” terangnya.
Kepala Desa Karangsari Indah, Abdul Haris menambahkan, memang lahan pertanian sawah milik warga banyak dia tinggalkan dan beralih kerja dengan menambak ikan, karena pertanian mereka tempat menanam padi tidak dibisa dikelola disebabkan karena kadar keasaman air terlalu tinggi.
“Jadi kalau ada pengairan sekunder dan primer akan dapat dikelola dengan baik, karena sirkulasi air dapat keluar masuk dan membersihkannya” tukasnya. (wan/dam)