SuaraKalimantan.com, Palangka Raya – Cerita ini benar merupakan kisah nyata terjadi ditengah hiruk pikuknya kota Cantik Palangka Raya, sebut saja G nama perempuan kampung yang melangkahkan kaki ke Palangka Raya untuk kuliah.
G merelakan menahan rindu suasana rumah, suasana pelukan hangat Ibu dan ade kecilnya, demi merubah nasib dan mendapatkan gelar sarjana yang selalu di impikan sejak sekolah di SMA.
Sepekan yang lalu saya mendapatkan pesan melalui aplikasi WhastApp, tanpa foto profil. Pesan singkatnya “Mas wartawan tolong naik kan jadi berita cerita saya ini,”.
Setelah membaca saya mencoba menghubungi nomor HP perempuan misterius itu namun tidak ada tanda berdering hanya memangil saja.
Saya lanjut menghubungi via telepon biasa awalnya aktif namun tidak di jawab, rasa penasaran terus saya kirim pesan di terima dengan balas tolong selamatkan perempuan lain agar tidak senasib dengan saya.
Saya mencoba kembali menelepon namun no HP pun sudah tidak aktif lagi hingga berita ini di publikasikan.
Dalam pesan perempuan misterius ini menuturkan ceritanya, saya hanya perempuan kampung yang mana ke Kota Palangka Raya ini untuk kuliah.
Urusan kuliah beres saja, masuk setiap hari, ada tugas dari dosen G kerjakan, ujian di ikuti semua ya lumayan lah nilai cukup lah sesuai dengan perjuangan saya.
Namun pada cerita atau lebih tepatnya curhatan hati saya kali ini adalah tentang pribadi saya dengan kisah pilu setelah peristiwa itu terjadi…???
Bagaimana tidak hanya gegara sepotong roti keperawanan saya sebagai perempuan kampung ini di rengut paksa di dalam kamar kost sang pria piawai merayu perempuan perempuan kampung termasuk diri ku.
G hanya berharap bisa membagikan kisah ini supaya tidak ada lagi perempuan kampung yang dengan mudah jatuh dengan buju rayu laki laki yang hobinya mempermaikan perempuan kampung.
“Saya lagi kena sial aja, kenapa saya mau di ajak jalan jalan lalu mampir ke kost pria itu dan akhirnya keperawanan saya hilang,” tutur G dalam tulisannya.
G juga berujar mungkin nasib baik saja pria itu pada malam itu di kamar kostnya.
“Mas wartawan sekian dulu cerita saya, minta tolong di publikasikan ya, agar tidak ada lagi perempuan lain mengalami kisah seperti saya” tutupnya mengakhiri tulisannya.
Yohanes Eka Irawanto, SE