BARABAI, SuaraKalimantan.com – Keinginan Warga Dayak Meratus untuk memiliki Pura tempat beribadah segera akan terwujud.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Panitia Pembangunan Pura Agung Datu Magintir yang juga Kepala Adat Desa Labuhan (Suan), banyak sekali yang mendukung pembangunan Pura dari berbagai pihak, salah satunya dari Komandan Kodim 1002/Barabai,”ujarnya.
Senin (23/12/20).
Lebih lanjut Suan menuturkan bahwa Desa Labuhan Kecamatan Batang Alai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah membangun Pura Pertama umat Hindu di sana.
Bahkan, didalam Pura Pertama Umat Hindu Kabupaten Hulu Sungai Tengah juga dibangun Kori Agung dengan menggunakan nama menurut Suku Dayak yaitu Pandungkulan.
Padungkulan tersebut dibangun menggunakan Patung Balian. Balian yakni tokoh spiritual warga Dayak.
Penggunaan Patung Balian tersebut digunakan simbol penghormatan kepada ajaran peninggalan Leluhur Suku Dayak.
Suan menjelaskan, Pandungkulan adalah Tempat yang sangat sakral untuk berserah diri jiwa dan raga kepada Nining Bahatara/Sang Hyang Widhi dan Para Leluhur karena kita yakin bahwa semua kesalahan/dosa yang dilakukan baik dari pemikiran, perkataan dan perbuatan.
Mendungkul dilakukan dengan cara menggenggam kedua tangan dengan lima jari tangkup jadi 10, 11 dengan mata hagi, 12 dengan ubun-ubun, 13 dengan panuturan. Posisi kedua tangan di atas ubun-ubun.
Pandungkulan ini pertama kali dibangun di Indonesia,” bebernya.
Kenapa mamakai konsep Patung Balian Tuha dan Juru Patati ? Suan menjelaskan, pada zaman dahulu satu-satunya Balian sangat diagungkan adalah Balian Ranggan Laki Bini (Suami dan Istri).
Ini merupakan simbol dari Balian Tuha dan Juru Patati.
“Kalo di Agama Hindu merupakan perwujudan dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati,” ujarnya.
Selain itu juga dibangun, Taruna Halang Balianan/Burung Elang yang berada diatas Pandungkulan dan Papan Baruwing yang berada di pagar Pandungkulan.
Taruna Halang Balianan/Burung Elang menurut kepercayaan Suku Dayak adalah Tunggangan Balian apabila mau naik kelangit yang ke-7/Swarga Loka, pada saat hilang jalan kemudian turun lah Taruna Halang Balianan yang dipakai sebagai tunggangan untuk mencapai Langit ke-7/Swarga Loka.
Papan Baruwing adalah Tempat/Perahu/sarana untuk menghantarkan orang/sesajen ke tempat siapa yang kita tuju seperti kepada Nining Bahatara/Sang Hyang Widhi dan Para Lelulur.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten HST (Irpani) menjelesakan, Hal ini tentu sangat membanggakan umat Hindu Indonesia yang bersuku Dayak Kaharingan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah khususnya masyarakat Desa Labuhan saat ini sudah mempunyai tempat Ibadah Pura yang nantinya bisa digunakan untuk beribadah dan pusat kegiatan keagamaan bagi Umat Hindu yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah,” katanya.
Irpani menambahkan, bahwa kedepan Pura Agung Datu Magintir akan menjadi aset Cagar Budaya Pemda Hulu Sungai Tengah dan sebagai tempat Wisata Religi bagi Wisatawan Lokal maupun Mancanegara, ujarnya.
Tentu kebanggaan tersebut bisa dicapai karena ada do’a dan uluran tangan umat sedharma yang berada di Nusantara, para donatur yang dermawan dan para pihak yang telah berkonstribusi penuh untuk terselenggaranya pembangunan Pura Agung Datu Magintir, baik bantuan berupa uang, tenaga, pemikiran dan doa,”tutupnya.
Sementara itu Komandan Kodim 1002/Barabai Letkol Inf Muh Ishak H. Baharuddin, S.I.P.,M.I.,Pol melalui Danramil 1002-01/Birayang Kapten Inf Subhan menyampaikan bahwa kami sangat mendukung sekali dengan adanya pembangunan Pura, ini adalah Pura pertama yang dibangun di Hulu Sungai Tengah,”terangnya.
Melalui Babinsa bersama anggota Bhabinkamtibmas dari Polsek Birayang yang diwilayah kami selalu bersinergi dalam memantau pembangunan Pura sekaligus memberikan pengamanan ibadah umat Hindu.
Pengamanan kami berikan agar warga Hindu dapat melaksanakan ibadah dengan penuh kedamaian dan ketentraman,”pungkasnya.(pendim1002/@tim).
Pewarta : Syarif.
Editor : M. Hatim Darmawi.