SIARAN PERS KEMENTERIAN PANRB – 9 JULI/2020
JAKARTA, SUAKA, COM – Presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2020 di hari kesembilan menunjukan keberagaman kategori inovasi yang seluruhnya berasal dari Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Timur. Kategori inovasi yang beragam ditampilkan di hadapan para Tim Panel Independen (TPI) secara daring, mulai dari kategori pemberdayaan masyarakat; tata kelola pemerintahan; ketahanan pangan; kesehatan; hingga perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.
Presentasi diawali oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur Mohammad Yasin dengan inovasi Klinik BUMDes yang merupakan Program Pemberdayaan Masyarakat di Jawa Timur melalui Pemberdayaan BUMDesa, BUMDesa yang maju diharapkan mampu menjadi pilar perekonomian desa yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Inovasi ini bertujuan untuk membangun kemandirian BUMDesa yang berkelanjutan, mengembangkan BUMDesa melalui kerjasama dan jejaring pemasaran, memberikan tutorial klinik BUMDesa secara _online_, memetakan potensi dan jenis usaha BUMDesa, meningkatkan kapasitas dan kewirausahaan BUMDesa, dan menumbuhkan ekonomi UMKM.
“Inovasi Klinik BUM Desa dilakukan dengan cara pemetaan dan Potensi Usaha BUM Desa secara _online_, hasilnya digunakan sebagai dasar kebijakan pemberdayaan BUM Desa di Jawa Timur, kemudian tutorial online dan _offline_ bagi pengelola BUM Desa dengan materi pembelajaran sesuai kebutuhan BUM Desa, selanjutnya fasilitasi kerjasama dengan pihak ketiga, evaluasi BUM Desa Terbaik sebagai bentuk apresiasi keberhasilan pengelolaan. Kemudian fasilitasi Temu Karya BUM Desa terbaik sebagai media tukar pengalaman dan _benchmarking_, pendampingan BUM Desa oleh Tenaga Ahli Ekonomi Desa, Tenaga Klinik BUM Desa, kegiatan KKN tematik, dan membangun Jejaring BUM Desa melalui Forum Komunikasi BUM Desa,” jelasnya, Kamis (09/07).
Selanjutnya inovasi Tak Takut Kehujanan – Tak Takut Kepanasan (Tahu Panas) dari Kota Surabaya, yang dipresentasikan oleh Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya Suharto Wardoyo. Disampaikan bahwa inovasi Tahu Panas tahun 2020 merupakan kelanjutan dan peningkatan dari program inovasi Tahu Panas tahun 2018, dimana kegiatan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surabaya dilaksanakan lebih fokus pada penanganan perbaikan rumah tempat tinggal yang tidak layak huni saja, sehingga warga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan material, spiritual, dan sosial untuk hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurutnya sejak Tahun Anggaran 2019 penanganan perbaikan RTLH lebih difokuskan pada konsep rumah sehat yang layak huni. Konsep rumah sehat adalah menjadikan rumah kuat, aman dan nyaman. Kuat secara struktur berarti dilaksanakan sesuai kaidah-kaidah teknis yang ada serta aman dari bahaya kebakaran dari konsleting listrik. Konsep rumah sehat yang paling penting adalah dengan mengutamakan pembuatan jamban sehat dan sanitasinya, pembuatan bukaan ventilasi/sirkulasi udara serta pencahayaan sinar matahari yang cukup.
Presentasi ketiga dilakukan oleh Walikota Malang Sutiaji dengan membawa inovasi Sekolah Pasar Pedagang Cerdas (Sepasar Pedas). Disampaikan jika inovasi Sepasar Pedas merupakan wahana belajar bersama, bertukar pikiran, tempat diskusi untuk memecahkan permasalahan yang diikuti aktif oleh Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Rakyat (PPR), pengelola pasar, perwakilan pedagang dan perwakilan konsumen. Sepasar Pedas memberi dampak yang signifikan terhadap perubahan _mindset_ dan perilaku para pedagang pasar rakyat melalui penguasaan materi dan kompetensi serta keilmuan yang dibutuhkan oleh pedagang pasar rakyat.
Inovasi ini juga mampu menyelesaikan kelemahan dan kekurangan yang jamak ditemui di pasar rakyat dengan pendekatan dan cara baru yang berbeda. Kekumuhan dan kesemrawutan yang identik dengan keberadaan pasar rakyat secara signifikan hilang berubah menjadi pasar rakyat _style_ ala pasar modern. Tahu Pedas bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing tinggi dari pedagang pasar rakyat di tengah persaingan pasar bebas dan perdagangan global terutama dari serbuan pasar modern dan jual beli _online_. Saat ini lebih dari 100 pedagang yang aktif mengikuti sekolah pasar.
Selanjutnya inovasi Gerbang Layanan Informasi Terpadu dan Terintegrasi (Gayatri) dari Kota Mojokerto yang dipresentasikan oleh Walikota Mojokerto Ika Puspitasari. Disampaikan jika aplikasi Gayatri mensinkronkan data dari beberapa _system_ informasi kesehatan, sehingga mudah dianalisa, dievaluasi dan diintervensi. Gayatri bertujuan untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat, akurat, akuntabel dan profesional untuk masyarakat, serta meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat dalam hal ini kader, yang berujung pada kecepatan penyiapan data dari Dinas Kesehatan.
“Aplikasi Gayatri mempermudah dan mempercepat capaian target indikator bidang kesehatan yang melibatkan peran serta masyarakat. Aplikasi juga terintegrasi dengan beberapa data dari OPD misal data kependudukan, sosial, ekonomi dan kesehatan menjadi satu,” katanya.
Sementara dalam kondisi Pandemi Covid-19, Gayatri ini dapat menyelamatkan masyarakat dan tenaga kesehatan dari kontak erat yang bisa menjadi penyebab penularan Covid-19. Dengan terdatanya ODR, ODP, OTG di aplikasi Gayatri ini sehingga dapat memudahkan Tim _Tracing_, Tracking dan Posko Covid-19 Dinas Kesehatan dan OPD lain melalui Geotagging.
Kemudian Inovasi dari Kabupaten Kediri yaitu Metarhizium (Mengamankan Pangan Untuk Negeri) yang dipresentasikan Bupati Kediri Haryanti Sutrisno. Tujuan utama dari Inovasi Metarhizhium (Mengamankan Pangan untuk Negeri) adalah mengamankan produksi jagung di Kabupaten Kediri dari gagal panen karena serangan hama ulat grayak spesies baru Spodoptera Frugiperda. Penanggulangan hama ulat grayak spesies ini telah dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis pestisida, namun gagal mengurangi tingkat serangan. Adapun jenis pestisida yang digunakan dan berhasil untuk pengendalian biayanya cukup mahal.
Inovasi ini dapat menyelamatkan produksi tanaman jagung dari gagal panen, rata-rata 6,72 ton/hektar atau penyelamatan pendapatan petani rata-rata Rp.15.456.000,00/hektar Inovasi ini dapat menekan biaya produksi petani, dapat diproduksi secara mandiri oleh petani. Biaya penggunaan pestisida kimia rata-rata Rp. 2.786.000/hektar, sedangkan dengan metharizium Rp.200.000/hektar.
Sesi pertama ditutup dengan inovasi Rumah Khusus dan Umum dalam Sistem Informasi Pendataan dan Pemantauan (Rumahku SIP) yang dijelaskan oleh Bupati Gresik Sambari Halim Radianto. Rumahku SIP merupakan suatu Sistem Informasi yang menyediakan data kawasan perumahan dan permukiman dengan tingkat kedetailan yang tinggi karena menggunakan UAV Drone dan Sistem Informasi Geografis (SIG) terhadap rumah dan PSU kawasan perumahan dan Permukiman se-Kabupaten Gresik sebagai database pemerintah untuk mengetahui perkembangan Rumah dan Prasarana, Sarana Utilitas Umum (PSU) di setiap wilayah serta Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Dikatakan bahwa inovasi mempunyai tujuan sebagai media melakukan pendataan rumah, Prasarana dan PSU dan RTLH, melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi kawasan untuk mewujudkan kawasan perumahan dan permukiman yang tertib sesuai aturan yang berlaku, menginformasikan kepada masyarakat terkait lahan PSU dan fungsinya, agar tidak disalahgunakan dan tidak berubah luas dan peruntukannya, dan sebagai wadah pengaduan dan saran masyarakat kepada pemerintah.
Pada sesi kedua inovasi tampil inovasi dari Kabupaten Jombang dengan nama Perlindungan Mata Air dan Hutan Berbasis Partisipasi (Permata Hati). Bupati Jombang Mundjidah Wahab pada kesempatan tersebut menjelaskan Permata Hati merupakan inovasi yang menggabungkan kelestarian lingkungan dengan pengembangan wisata berbasis partisipasi dan kearifan lokal. Dari aspek lingkungan dampaknya bukan hanya terjaganya kualitas lingkungan, tetapi juga kepedulian dan upaya pelestarian hutan, air dan keanekaragaman hayati dapat direplikasi oleh masyarakat dan pelajar.
Tujuan inovasi ialah meningkatkan ekonomi masyarakat dengan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan melalui pengembangan desa ekowisata berbasis biodiversity, konservasi, edukasi dan community development. Kemudian untuk menjaga kelestarian sumber mata air, hutan dan keanekaragaman hayatinya melalui partisipasi masyarakat, serta meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar hutan. Saat ini di Kabupaten Jombang, sekitar 80 persen dari 198 mata air yang ada, kondisinya sudah mengalami penurunan, baik dari debit, kualitas maupun kontinuitasnya akibat aktivitas manusia.
Kegiatan pesentasi dan wawancara KIPP hari kesembilam ditutup dengan inovasi Terapi Okupasi dan Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (Teropong Jiwa) dari Kabupaten Banyuwangi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Widji Lestariono menjelaskan inovasi Teropong Jiwa memberikan penanganan masalah pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) secara komperhensif sehingga kasus pemasungan dan kekambuhan yang merujuk bolak – balik rehabilitasi di Rumah Sakit Jiwa berhenti dengan cara melatih mereka keterampilan dan memperkerjakan mereka.
Gebrakan Teropong Jiwa merupakan langkah “Amputasi” permasalahan tersebut dengan menekankan partisipasi masyarakat dan pengusaha asuh untuk memperkerjakan ODGJ yang sudah stabil (waras), sehingga dapat hidup layak, produktif dan membaur lagi ditengah masyarakat. Inovasi dibuat untuk memberi pelayanan publik terutama kepada ODGJ di wilayah kerja Puskesmas Gitik.Tim dari inovasi ini terdiri dari seorang dokter, Koordinator progam jiwa, bidan, dan kader kesehatan Jiwa.Tim ini akrab disebut Kembali sehat (Kesat) yang diwadahi melalui whatsapp grup Sehat Jiwa untuk koordinasi. Tim Kesat ini sudah mendapatkan pelatihan tentang penaganan ODGJ oleh tenaga ahli dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. (byu/HUMAS MENPANRB/@tim/sk)