SUAKA. Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus virus Corona (COVID-19) tertinggi di dunia setelah mencatat 122.000 kasus pada, Sabtu kemarin, 28 Maret 2020.
Sementara jumlah korban meninggal pada Sabtu mencapai 2.100 lebih, atau dua kali lipat dibanding dua hari sebelumnya. Kini AS mencatat 122.000 kasus virus Corona, terbanyak dari negara manapun di dunia, dikutip dari Reuters, 29 Maret 2020.
Cina sendiri kini berada di posisi ketiga kasus tertinggi dengan 82.009 kasus dan telah selesai mengalami fase puncak wabah setelah nyaris nol kasus ditemukan, menurut data John Hopkins University yang mengumpulkan angka kasus virus Corona secara global.
Sementara Italia berada di posisi kedua dengan 92.472 kasus. Namun, Italia menjadi negara dengan kamatian tertinggi virus Corona dengan 10.023 kematian.
Hingga Ahad, kasus virus Corona di seluruh dunia mencapai setengah juta lebih atau 663.828 kasus yang dikonfirmasi, dengan total 30.780 kematian.
Suasana Terminal Whitehall yang tampak sepi saat diberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona di New York, AS, 26 Maret 2020. REUTERS
Presiden Donald Trump pada Sabtu sempat mengusulkan akan memberlakukan lockdown total area New York untuk membatasi penyebaran virus Corona ketika kasus menembus angka 100.000. Namun, gagasan ini ditentang gubernur New York dan menggantinya dengan peringatan perjalanan untuk wilayah New York.
“Karantina tidak akan diperlukan,” katanya di Twitter tak lama setelah mengusulkan lockdown.
Para kritikus segera menyebut gagasan itu tidak bisa dijalankan, dengan mengatakan itu akan menyebabkan kekacauan di New York, area yang berfungsi sebagai mesin ekonomi Amerika Serikat bagian timur, menyumbang 10 persen dari populasi dan 12 persen dari PDB.
“Jika Anda mulai membentengi daerah-daerah di seluruh negeri itu akan benar-benar aneh, kontra-produktif, anti-Amerika,” kata Gubernur New York Andrew Cuomo di CNN.
Beberapa jam kemudian, Trump membatalkan gagasan itu, alih-alih dia meminta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) untuk mengeluarkan pembatasan perjalanan ketat yang akan dikelola oleh gubernur tiga negara bagian.
CDC kemudian memperingatkan penduduk negara bagian tersebut untuk tidak melakukan perjalanan domestik yang tidak penting selama 14 hari. Peringatan itu tidak berlaku untuk karyawan industri infrastruktur kritis termasuk truk, kesehatan masyarakat, dan jasa keuangan.
Sementara alat tes untuk virus Corona juga masih sedikit, meskipun Gedung Putih berulang kali berjanji bahwa alat tes akan tersedia secara luas.
Sumber Kutipan : TEMPO.CO