RANTAU,~ Bulan Maulid Rabiul Awal mengundang berkah dan nikmat bagi kalangan umat Islam di daerah terutama para pedagang yang berprofesi kesehariannya mengolah nasi bungkus. Sebut Mama Desi, Â Istri Ketua RT.1 di Rantau Kanan Desa Mandarahan, Minggu (3/11) pagi, dirinya kesehariannya biasa mengawah nasi dalam wajan besar.
               Apa itu Mengawah ? Istilah mengawah ini adalah kebiasaan orang Banua Tapin khususnya Banjar jika ingin menyelenggarakan acara sudah menjadi tradisi mereka memasak nasi dan lauknya dengan kawah yang besar.
Menurut Mama Desi dari 5 liter beras yang ditanak itu mampu menghasilkan sekitar 175 nasi samin bungkus plus lauknya seperti telur, ayam, dan ikan haruan (red.gabus). Masakan itu diolah secara tradisi menjadi kuliner daerah bernama masak habang yang dikemas dalam bungkus daun pisang. Â Nasi bungkus ini citra kuliner khas daerah penopang kegiatan keagamaan mulai dari selamatan, haulan, arisan, dan lain-lain.
“Nasi bungkus yang kita olah ini adalah pesanan orang yang akan menyelenggarakan acara maulid, “katanya.
Pesanan  di bulan rabiul awal ini jauh lebih tinggi dibandingkan hari biasanya kita olah buat bedagang nasi bungkus di pagi hari. Dalam mengolah masakannya kita terbiasa dengan menggunakan cara lama yaitu mengawah dalam wajan besar menggunakan kayu bakar. Dalam mengelola bahan-bahan kebutuhannya tadi dilakukan ada pada malam hari juga ada dilakukan di siang hari yang semuanya tergantung pada waktu kapan dilaksanakannya acara.
               Hal yang menarik diantara mereka dalam mengelola masakan ada seraya mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an  atau sambil melantunkan shalawat nabi, dzikir sebagai pengusir sepi. Bahkan ada diantara mereka yang secara istiqomah menyempatkan waktu mengisi seperempat malamnya ibadah sholat malam lebih dulu setelah itu lanjutkan aktifitasnya mengawah nasi dengan berdoa olahan masakan mereka dapat terasa nikmat dan lezat lagi mengandung berkat.
Reporter Nasrullah