SUAKA – NUNUKAN. Upacara bendera memperingat HUT ke-72 Kemerdekaan RI di Dermaga Pos Perbatasan Sungai Pancang, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara sukses mencatatkan Rekor Museum Indonesia (MURI), Rabu (17/8/2017).
Catatan rekor MURI ini berdasarkan dari 1.474 Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) yang ambil bagian dalam detik-detik pengibaran bendera tersebut.
Momen bersejarah bagi Indonesia bahkan dunia ini dilaksanakan orang-orang perbatasan RI-Malaysia diprakarsai komunitas pemuda pemudi Gebyar Aku Cinta Indonesia (GACI) Sebatik.
Mereka datang dari berbagai elemen masyarakat sipil maupun militer seperti pelajar SD, SMP, SMA, LSM, Organisasi Massa, Anggota Polisi, TNI, PNS, Guru, Para Sukarelawan dan banyak lainnya. Anggota Paskibra berada sepanjang dua jembatan dermaga yang panjangnya lebih dari 3 kilometer dan terdapat 76 tiang bendera dimana setiap tiang dihuni 30-50 Paskibra.
Bertindak sekalu Inspektur Upacara Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo. Mendes PDTT menyerahkan bendera Merah Putih kepada pengibar bendera yang berada di atas ponton.
Sebelumnya, Mendes PDTT Eko Putor menaiki kapal karet dari dermaga ke ponton yang posisinya di tengah perairan Indonesia. Usai menyerahkan bendera, Eko kembali menuju ke dermaga pos perbatasan melanjutkan upacara bersama jajaran pejabat daerah, anggota DPRD serta sejumlah pejabat dari Jakarta.
Usai upacara, Menteri Eko menyaksikan penyerahan piagam rekor Paskibra terbanyak dari Senior Manager MURI Awan Raharjo kepada Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid, Dandim Letkol Valian, Danlanal Letkol (L) Ary Aryono, Kapolres AKBP Jepri Yuniardi, Ketua DPRD H Dani serta Ketua Gebyar Aku Cinta Indonesia (GACI) Agus Salim. “Peringatan kemerdekaan tahun ini komitmen saya merayakannya bukan di Jakarta, tapi di daerah. Tahun lalu di (Kabupaten) Belu perbatasan Timor Leste, tahun ini di Sebatik (Nunukan),” katanya.
Terkait hal tersebut Menteri Eko mengaku ingin menunjukkan hadirnya negara di tengah masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal dan perbatasan. Menurutnya, upaya membangkitkan semangat dan antusiasme masyarakat desa adalah hal paling penting, selain memberikan program dan biaya. “Tanpa partisipasi masyarakat tidak mungkin efektif, kita ingin membangunkan semangat mereka, bahwa negara ada untuk mereka yang ingin maju. Selama ada komitmen dari masyarakat desa kita dukung,” tegasnya.
Sementara, Senior Manager MURI Awan Raharjo menyatakan kehadiran MURI di tengah-tengah pemecahan rekor ini merupakan sejarah fenomenal bagi bangsa Indonesia, khususnya warga perbatasan Sebatik. “Sejarah mencatat peristiwa fenomenal pemecahan rekor tidak hanya secara nasional namun ini merupakan rekor dunia,” katanya.
Awan Raharjo, menambahkan penilaian MURI ini berdasarkan kuantitas keikutsertaan ribuan Paskibra di pulau Sebatik dan belum terjadi sebelumnya di negara manapun. “Belum ada peringatan kemerdekaan dengan 1.474 Paskibra. Sebatik mencatat sejarah fenomenal ini, ” katanya usai penyerahan piagam MURI. (TIM)