SUAKA – BANJARMASIN. Sudah tiga tahun lebih dan tiga penggantian pucuk kepemimpinan Polda Kalsel pertama Inspektor Jenderal Polisi Untung S Rajab, yang kedua Brigjend Pol Drs. Syafruddin, M.Si dan yang ketiga saat ini Brigjend Pol Taufik Anshori, namun kasus penganiayaan penusukan oleh orang yang tidak dikenal Rabu (10/3/2010) malam, di Jalan Letjen R Soeprapto Kecamatan Banjarmasin Tengah depan rumah Wagub Kalimantan Selatan terhadap Direktur Eksekutif LSM LEKEM KALIMANTAN “Lembaga Kerukunan Masyarakat Kalimantan”, Habib Aspihani bin Ideris Assegaf dan Fathurrahman seorang wartawan belum bisa di ungkap oleh Kepolisian.
Sebelum terjadinya penusukan tersebut, beberapa LSM yang ada di Kalimantan Selatan rapat berturut-turut selama seminggu di Texas Fried Chicken bersama teman-temannya yang tergabung dalam Koalisi Lintas LSM Kalimantan Selatan, yang terdiri dari beberapa LSM seperti LSM Mapel, LSM Cides Institute, LSM LEMPEMA, LSM GEPAK, LSM LKPI, LSM BAMPER, LSM LEKEM Kalimantan, LSM APEK, LSM PEKAT, LSM LEMPEKOR, LSM KSHNM, LSM GMAK, LSM GRAK, LSM PIJAR KEADILAN, LSM FORAK, LSM PELITA, LSM MASAK, LSM PETAK, LSM AJAK, LSM ICM, LSM BLHI Kalimantan dll guna membicarakan untuk ber Orasi Damai di halaman kantor Kajati Kalimantan Selatan pada besok harinya kelanjutan aksi yang ke 2 kalinya tentang Penegakan Supremasi Hukum di lingkungan Kajati Kalimantan Selatan.
Penusukan aktivis ini berawal dari aksi unjuk rasa LSM LEKEM KALIMANTAN di Kejaksaan Tinggi (Kejati) Senin, 8-3-2010 dan akan dilanjutkan pada Kamis, 11-3-2010 dengan tuntutan agar pihak penegak hukum tentunya Kejati Kalsel mengusut tuntas kasus-kasus korupsi yang ada di Kalimantan Selatan serta menegakkan hukum semaksimalnya tanpa tebang pilih siapa yang terlibat, walaupun seorang pejabat intelektual sekalipun.
Sekedar informasi bahwa seminggu setelah kejadian penusukan terhadap aktivis LEKEM Kalimantan Habib Aspihani Ideris, S.AP, SH, MH ini, bapak Kapolda Kalsel pada waktu itu Inspektor Jenderal Polisi Untung S Rajab berjanji dihadapan para tokoh-tokoh LSM/OKP se Kalsel di ruang kerja Kapolda Kalsel dalam agenda audensi LSM/OKP akan mengungkap kasus tersebut sampai tuntas paling lambat 15 hari terhitung dari kedatangan para petinggi-petinggi aktivis ini, dan bahkan juga Bapak Kapolda Kalsel pengganti Inspektor Jenderal Polisi Untung S Rajab yaitu Brigjen Pol Syafruddin seminggu setelah bertugas di jajaran Polda Kalsel juga berjanji di hadapan petinggi beberapa LSM, OKP, dan Mahasiswa serta tokoh-tokoh masyarakat Kalsel di hotel Rattan Inn Banjarmasin dalam sebuah pertemuan silaturrahmi.
“Saya pastikan bisa mengungkap kasus tersebut dengan tuntas se tuntasnya dan dalam waktu sesingkat-singkatnya sebelum masa berakhir jabatan saya nantinya sebagai Kapolda Kalsel berakhir”, tegas Brigjen Pol Syafruddin saat itu dihadapan puluhan tokoh LSM, OKP, Masyarakat serta para mahasiswa Kalimantan Selatan di hotel Rattan Inn Banjarmasin, ujar Sekretaris Jenderal LSM LEKEM Kalimantan Habib Ipriani Suleman Alkadrie, S.AB menirukan ucapan Kapolda Kalsel yang sempat terekam dalam tape recorder nya yang masih tersimpan dengan baik.
Namun kenyataannya sejak berita ini diturunkan dan sudah pergantian pucuk kepemimpinan Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan saat ini Bapak Brigjen Pol Taufik Anshori, para petinggi Polri ini hanya tinggal janji-janji kosong yang tidak ada hasil sedikit pun jua. Janji para Kapolda tersebut belum bisa terpenuhi, bahkan kepolisian di Kalsel ini belum bisa sedikitpun mengungkap kasus besar yang menghebohkan Kalimantan Selatan ini.
Kenapa, mengapa dan ada apa sehingga kasus ini tidak bisa di ungkap? Padahal kronologisnya sangat jelas dalam BAP di Kepolisian serta dugaan pelaku dan aktor intelektualnya sangat mudah di lacak jika kepolisian serius untuk mengungkap kasus penganiayaan tersebut. “Apalagi saudara Amat yang merupakan anggota DPRD Banjar dari Politisi Partai PKS itu sudah secara gamblang membongkar, sehingga aktor dan pelakunya sudah terdeteksi dengan jelas, kan penyidik tinggal memanggil beliau pasti bisa terungkap semuanya,” tegas Ipriani Suleman Al Qadri kepada wartawan, Jum`at (29/3) di Markas Besar LEKEM KALIMANTAN di Banjarmasin.
Ipriani yang merupakan Sekretaris Jenderal LSM LEKEM Kalimantan ini menjelaskan secara rinci kronologis kejadian, selesai rapat di Texas Fried Chicken Habib Aspihani di telepon oleh orang yang dikenalnya meminta aksi demo yang direncanakan di batalkan dan saudara Habib Aspihani Ideris menolak permintaan penelepon tersebut untuk membatalkan aksi yang sudah direncanakan dengan matang, ujar Habib Ipri.
Lebih lanjut Ipriani menjelaskan bahwa bertepatan datangnya waktu Sholat Magrib semua aktivitas LSM pulang ke tempat Poskonya masing-masing, dan Direktur Eksekutif LEKEM Kalimantan Habib Aspihani Ideris di waktu pulang ketika itu bersama Fathurrahman (Wakil Sekjen LEKEM Kalimantan yang juga seorang wartawan) berboncengan sepeda motor mencari Mushalla mau menunaikan Shalat Magrib sekaligus memasang infus print canon di Saka Permai Banjarmasin, namun diketika berada di jalan R Soeprapto di depan antara rumah dinas Wakil Gubernur dan POM Bensin (SPBU), pada waktu menjelang Magrib malam Kamis 10 Maret 2010 di serang dari belakang oleh pengendara motor Jupiter MX yang tidak jelas orangnya dan plat nya karena gelap.
“Dari kejadian ini saya yakin pelakunya itu pasti orang yang sangat mengenal saudara Habib Aspihani sendiri dan tidak menutup kemungkinan pelakunya itu orang bayaran yang tinggal di daerah kecamatan Sungai Tabuk sendiri satu daerah tinggal dengan korban dan tinggal di daerah kecamatan Gambut, saya menduga seperti ini, dikarenakan saya mendengar dan ada yang memberitahukan ke saya bahwa pelaku dan intelektual Nya adalah mereka itu tuh, tapi kami tetap mengutamakan praduga tak bersalah”, Jadi jika pihak kepolisian benar-benar mau mengungkap kasus yang menghebohkan kalangan aktivis di Kalimantan ini, sebaiknya pihak berwajib terlebih dahulu melakukan penyelidikan ke daerah Sungai Tabuk, setelah itu baru mengarah ke daerah Gambut, karena keyakinan saya pelakunya bertempat tinggal di dua daerah tersebut, pungkas Ipriani.
Fathurrahman dan Habib Aspihani Ideris sempat mengejar pelaku sampai di simpang Belitung dan tidak bisa mengejar pengendara yang menusuk tersebut, karena mereka terlalu laju didepan meninggalkan korban, dan karena khawatir dengan lukanya, Habib Aspihani saat itu memutuskan untuk berbelok menuju Rumah Sakit Islam Banjarmasin, dan ketika saya melihat luka Habib Aspihani saya sangat terkejut, karena hampir seluruh badannya membiru kecoklatan, di karenakan senjata (pisau/ sejenisnya) yang digunakan pembacok itu beracun skala tinggi dan mematikan, hal ini jelas-jelas pembacok itu merencanakannya dengan matang dan berniat akan menghabisi, serta kuat dugaan pembacok tersebut adalah orang bayaran, cerita panjang Ipri kepada wartawan suarakalimantan.com.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Ipriani diduga penusukan tersebut berhubungan dengan masalah Orasi Pejabat pada hari senin kemaren dan yang akan berlanjut pada hari kamis 11 Maret 2010 dan sebelumnya Habib Aspihani mendapatkan telpon gelap yang meminta membatalkan rencana orasi unjuk rasa hari Kamis (11/3) di Kajati Kalsel dan ketika itu Aspihani menjawab bahwa kalau untuk membatalkan aksi unjuk rasa tersebut tidak mungkin, akan tetapi kalau untuk mengurangi aksi Insya Allah bisa saja, karena kata Habib Aspihani bahwa rencana aksi tersebut sudah tersusun dan terencana dengan matang dan pada waktu itu dan pula Habib Aspihani lah yang ditunjuk sejumlah kawan-kawan aktivis LSM menjadi koodinator aksi yang akan di lakukan dan untuk penyampaian surat ke Jakarta itu di percayakan kepada kanda Syamsul Daulah, ujar Ipri panggilan akrabnya sehari-hari.
Petinggi LSM LEMPEMA ikut menjelaskan ketika diminta konfirmasinya oleh wartawan media ini,” kami beserta teman-teman dari LSM di Kalsel yang rapat tersebut di motori oleh kanda Syamsul Daulah berharap agar aparat kepolisian harus bisa usut terus pelaku penganiayaan ini dan jangan pandang bulu untuk menindaknya. Jika tidak bisa di ungkap, maka patut diduga aparat itu bisa kemasukan angin alias sudah menerima opeti, padahal pelakunya sudah jelas di ketahui oleh pihak kepolisian. Karena menurut informasi yang kami dapatkan dari dua Nara sumber yang keduanya adalah mantan anggota DPRD Kabupaten Banjar, yaitu Amat dan Abdul Karim, bahwa dari penjelasan mereka bahwa pelakunya dapat kami simpulkan adalah orang dekat Habib Aspihani sendiri. Maaf lah saya tidak bisa menyebutkan langsung namanya, namun inisial nya adalah KH atau berawalan Gusti dan beliau adalah seorang pejabat kepala daerah disalah satu kabupaten di Kalimantan Selatan, dia lah aktor intelektualnya,” tegas Fauzi Noor (29/3).
Fauzi menambahkan “Kami lihat sekarang ini seakan-akan kepolisian tidak serius mengungkap kasus penganiayaan rekan kami ini dan kasusnya seperti jalan ditempat, ada apa sebenarnya dengan penanganan kasus ini?, masa kasus ini tidak bisa terungkap wong indikasi pelakunya sudah terbayang dan jelas dari hasil berita acara pemeriksaan laporan yang dilakukan di Polsek Banjarmasin Tengah dulu. Apalagi salah satu saksi kuat siap bersaksi bahwa ia benar-benar mengetahui aktor intelektualnya,” tegasnya.
Teroris saja dengan mudah bisa di ungkap oleh Kepolisian, masa hanya penanganan kasus yang ruang lingkupnya berskala kecil tidak bisa diungkap dengan tuntas, pungkas Ketua Koalisi Lintas LSM Kalsel ini kepada wartawan SUARA KALIMANTAN seraya menutup pembicaraannya.
Terpisah, Muhammad Rafiq, SH.I salah seorang petinggi LEKEM Kalimantan lainnya, menuturkan bahwa Kapolda harus benar serius dan tegas mengungkap pelaku penganiayaan dan penusukan aktivis (Aspihani Ideris) LEKEM Kalimantan ini, ujarnya.
“Jika Kepolisian Kalsel dapat mengungkapnya, maka ini merupakan pencitraan lembaga penegak hukum yang selama ini instansi Kepolisian di Kalimantan Selatan sudah sangat memperihatinkan, tapi saya yakinlah pak Kapolda yang sekarang ini orang pintar, jujur, bertanggungjawab, adil dan bisa mengungkap kasus tersebut,” cetus Rafiq Jum’at (29/3).
“Selain pengusutan tuntas kasus Habib Aspihani Ideris dan Fathurrahman, saya mengharapkan Kapolda bisa mengungkap kasus penganiayaan terhadap beberapa rekan-rekan aktivis LEKEM Kalimantan dan aktivis LSM lainnya. Dan jangan sampai sampeyan semua para penegak hukum ini kemasukan angin alias mendapatkan sogokan, sehingga penyidikan kasusnya terhenti tanpa alasan yang tidak masuk akal”, pinta Rafiq yang juga Ketua Umum Barisan Masyarakat Pemuda Reformasi Kalsel (BAMPER Kalsel) di Jalan Gatot Subroto, Mandastana IV No. 45 markas besar LSM LEKEM Kalimantan.
Rafiq pun menjelaskan, hasil pengakuan saudara Habib Aspihani sendiri dalam BAP, dihari yang sama sebelum kejadian perkara penganiayaan tersebut, beliau (red Aspihani Ideris) dihubungi rekan dekatnya, yaitu Abdul Karim dan Amat, “Saat itu Abdul Karim sempat menghubungi saudara Aspihani Ideris Assegaf dengan meminta membatalkan aksi demontrasi tersebut sesuai yang direncanakan. Dan Abdul Karim sudah membawa sesuatu yang disiapkan oleh Bupati Banjar untuk mengkondisikan supaya aksi demo tersebut batal. Namun saat itu Aspihani menolak pemberian sesuatu itu, dikarenakan saat itu pihak kami bukan mendemo Bupati Banjar, melainkan mendemo pihak lain guna menegakkan keadilan hukum bisa ditegakkan di Banua ini,” tegas Rafiq mengakhiri pembicaraannya.
Abdul Karim, SH Saat dikonfirmasi membenarkan bahwa dirinya sebelum kejadian penganiayaan berat terhadap saudara Sayyid Aspihani Ideris sempat menghubungi korban, saat itu kata Karim dirinya mengingat agar mereka membatalkan aksi demo yang akan dilakukan. “Pi, sebaiknya kada usah gen mendemo pak Khairul, sidin tuh kawan kita jua, bahkan ikam jua pertama kali mengenalkan aku dengan pak Khairul. Dan Aspihani saat itu menjawab Ya dangsanak, kami kada mendemo pak Khairul, kami mendemo masalah pertambangan nang banyak menyalahi aturan, kada mungkin aku mendemo kawan baikku dangsanak’ei,” ucap Abdul Karim menirukan ucapan saat diskusi dengan Aspihani.
Karim mengakui juga bahwa ia menghubungi Aspihani atas perintah Bupati Banjar bapak Gusti Khairul Saleh, karena jelas Karim bahwa pak Khairul mengetahui antara saya dengan Aspihani Ideris adalah teman baik dan satu partai politik saat sama-sama di DPRD Banjar, jadi tidak mungkin saya menginginkan sahabat dekat saya sendiri celaka.
“Semoga masalah ini bisa berjalan dengan baik, karena saya, pak Khairul Saleh dan Aspihani adalah kawan baik. Kalau pak Khairul mau menemui Aspihani Ideris, Insya Allah masalah ini bisa selesai dengan kekeluargaan, karena aku tahu sifat Aspi itu orangnya sangat bijaksana dan pemaaf,” tegas Abdul Karim.
Amat saat di konfirmasi membenarkan bahwa ia mengetahui dalang intelektual atas penganiayaan berat terhadap Habib Aspihani Ideris. “Jujur lah, tapi tolong jangan di ekspos, yang menyuruh Anang Isra untuk menghabisi Aspihani itu adalah pak Khairul Saleh, itu tu Bupati Banjar,” ucap Amat singkat.
Amat pun berharap, permasalahan ini dapat di selesaikan secara baik-baik, karena menurut Amat, antara Khairul Saleh dan Aspihani Ideris adalah teman baik, “Aspihani lah orang pertama kali mengenalkan kami dengan Khairul dan setahu kami Aspihani lah juga yang menyarankan Khairul Saleh untuk calon sebagai Bupati Banjar. Aspihani itu adingku juga, kami ada hubungan keluarga, saya sangat kenal sifat Aspihani itu sangat pemaaf, saya sarankan sebaiknya Bupati Banjar bersilaturahmi ketempat Aspihani untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan,” tukas Anggota DPRD Kabupaten Banjar dua periode ini.
Sahabat dekat Habib Aspihani yang juga tokoh LSM Kalimantan lainnya, Darma Jaya ketika diminta tanggapannya via telpon, membenarkan adanya penusukan tersebut pada diri Aspihani disaat pulang dari pertemuan beberapa LSM yang ada di Kalimantan Selatan, ketika ditanya tentang kejadian penusukan terhadap kerabatnya itu, Darma Jaya mengaku dan memastikan selama ini Aspihani tidak pernah punya musuh.
“Saya sudah dua tahun lebih kumpul satu rumah sama Aspihani, jadi saya tau betul bahwa ia tidak punya musuh dan saya sangat merasa aneh dengan kejadian itu serta meminta aparat hukum khususnya kepolisian bisa mengungkap pelaku dan dalang dari perbuatan yang tidak gentleman tersebut walaupun dan siapapun pelakunya,” tegasnya.
Selanjutnya Darma mengatakan, sangat tidak masuk akal apabila kepolisian tidak bisa mengungkap dan menangkap aktor-aktor yang tidak bermoral tersebut, “ini hanya berupa sebagian kecil dari kasus saja dengan ruang lingkup kecil, tugas kepolisian lah untuk menindak hal ini supaya jangan sampai terulang kembali kepada aktivis-aktivis lainnya dan apabila kasus ini bisa di ungkap kepolisian maka kami yakin citra polisi akan baik dimata masyarakat sebagai penegak hukum yang bermitra dengan masyarakat, namun sebaliknya jika tidak bisa diungkap, bisa patut diduga penegak hukum itu sudah bermitra dengan pelaku kejahatan itu sendiri. Kami dapat bocoran, pelaku penganiaya saudara Aspihani ini adalah orang Sungai Tabuk sendiri dan bahkan dia itu ada hubungan kerabat dengan Aspihani sendiri, adalah Anang Isra, saya rasa kalian dapat aja menerka siapa dalang intelektualnya, Anang Isra itu hanya orang suruhan, iapun menyesalinya ternyata korbannya adalah keluarganya juga, maka beliau lah yang membawakan minyak penawar racun untuk Aspihani disaat di Rumah Sakit Islam dulu”, tegas Darma Jaya kepada wartawan SUARA KALIMANTAN.
Salah satu tokoh LSM Kalsel lainnya, Anang Tony menyayangkan sikap seorang Pejabat Negara yang bermental preman sebagai aktor intelektual rencana pembunuhan terhadap kawan-kawan aktivis di Kalimantan Selatan ini.
“Kalau penyidik polisi tidak masuk angin, maka dapat di pastikan dalam setahun ini pasti sudah bisa mengungkap dan menangkap pelaku dan aktor intelektualnya. Ini macam-macam alasan, panci lah buntus, rinjing lah pecah, ini itu berbagai alasan penyidik, yang intinya kalau tidak bisa mengungkap pasti sudah masuk angin segar,” tegas Anang Tony singkat.
Habib Aspihani Ideris pun saat kami konfirmasi via telpon, membenarkan adanya penusukan tersebut pada dirinya disaat pulang dari pertemuan beberapa aktivis LSM yang ada di Kalimantan Selatan, ketika ditanya tentang kejadian penusukan terhadap dirinya, Aspihani Ideris yang diketahui alumni Pondok Pesantren Datuk Kalampayan – Bangil ini mengaku selama ini dia merasa tidak punya musuh, dan sangat merasa aneh dengan kejadian itu serta meminta aparat hukum khususnya kepolisian bisa mengungkap pelaku dan dalang dari perbuatan yang tidak gentleman tersebut walaupun dan siapapun pelakunya.
“Saya tidak berani menuduh siapa pelaku dan aktor intelektualnya, walau indikasi itu ada siapa pelaku dan aktor intelektual yang sebenarnya. Jujur saya ya saya tidak pernah merasa punya musuh, bahkan terduga pelaku dan aktor intelektual penganiayaan terhadap diri saya itu adalah saya anggap seperti famili saya sendiri” ucap Habib Aspihani.
Aspihani pun mengatakan, seandainya pelaku dan aktor intelektualnya datang ke tempat dirinya untuk meminta maaf, niscaya permintaan maaf tersebut akan dia maafkan. “Sesama antar muslim bersaudara, kalau mereka datang meminta maaf kepada saya, Insya Allah akan saya maafkan dan permasalahan penganiayaan ini saya anggap selesai. Semoga saja Allah memberikan hidayah kepada mereka yang berbuat zalim terhadap saya,” katanya singkat.
Selanjutnya aktivis LEKEM Kalimantan lainnya Abdul Kahar Muzakir yang juga teraniaya oleh orang yang tidak dikenal dengan mengakibatkan kerusakan pada salah satu matanya serta diduga aktor intelektualnya sama dengan aktor pelaku penganiayaan terhadap saudara kami Aspihani.
Saya sangat kecewa dengan adanya seperti kongkalikong kepolisan dalam pengungkapan kasus yang mengakibatkan diri saya cedera berat, ujar Abdul Kahar Muzakir, Jum’at (29/3) di kediamannya.
Mata saya sebelah kanan disiram oleh orang yang tidak saya kenal dengan air keras sejenis cuka getah, dan mata saya mengalami kebutaan dan saya menilai sangat aneh kasus ini tidak bisa di ungkap sama sekali oleh kepolisian, pungkas Direktur Daerah LEKEM Kalimantan Kabupaten Banjar Abdul Kahar Muzakir ini.
Aktifis LSM LEKEM KALIMANTAN yang merupakan salah kurban penganiayaan juga, diketika dihubungi wartawan SUARA KALIMANTAN, via telepon mengatakan, “lihat selama ini kerja kepolisian dalam menumpas teroris tergolong sangat sukses, tetapi mengungkap kasus kami malahan tidak ada kejelasan sama sekali,” tukas Zakir panggilan akrabnya.
Fathurrahman menyatakan, kalau kepolisian tidak ingin di katakan kemasukan angin, maka tangkap pelaku dan aktor intelektualnya. “Kan kita sudah tau semua indikasinya kuat siapa pelaku dan aktornya. Jangan sampai polisi di Indonesia khususnya di Kalimantan Selatan ini disamakan dengan polisi India,” tukas Fathurrahman singkat saat di hubungi wartawan suarakalimantan.com. (H@tim)